7 Mitos Larangan yang Mengakar di Temanggung
Oleh: Riska Meliyana
Kabupaten Temanggung dikenal memiliki berbagai tradisi dan mitos yang mengakar dan masih banyak diyakini hingga kini oleh masyarakat setempat. Meskipun beberapa mitos terkesan tidak masuk akal, masyarakat Temanggung tetap mempercayai dan mematuhi larangan-larangan yang ada. Kepercayaan terhadap mitos ini umumnya masih dipegang oleh sebagian masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional.
Berikut 7 mitos larangan yang Mengakar di Temanggung
- Larangan duduk di depan pintu
Larangan duduk di depan pintu merupakan salah satu contoh mitos yang umum dijumpai di masyarakat Temanggung. Kepercayaan ini berhubungan dengan keyakinan bahwa duduk di depan pintu dapat membawa kesialan dan menghadang rezeki.
- Larangan menyapu di malam hari
Keyakinan akan larangan ini berhubungan dengan kepercayaan bahwa duduk di malam hari dapat menyebabkan kesialan dan menghambat rezeki. Sampah yang disapu diibaratkan sebagai rezeki yang telah dikumpulkan sepanjang hari. Oleh karena itu, masyarakat percaya bahwa menyapu pada malam hari dapat menyebabkan hilangnya rezeki. Sebagai gantinya, disarankan untuk membiarkan sampah tersebut terlebih dahulu dan membersihkannya keesokan pagi. Selain alasan tersebut, sebagian masyarakat juga meyakini bahwa suara bising dari sapu dapat mengganggu ketenangan makhluk halus. Kebisingan ini muncul karena pada masa lampau, orang-orang terbiasa menggunakan sapu lidi yang menghasilkan suara cukup keras saat digunakan.
- Larangan makan sayap ayam
Larangan selanjutnya yang masih banyak dipercaya adalah makan sayap ayam, atau yang biasa disebut ‘tamplikan’ oleh masyarakat setempat. Larangan ini biasanya dikhususkan untuk anak perempuan yang belum menikah. Kepercayaan ini didasarkan pada keyakinan bahwa makan sayap ayam dapat mendatangkan penolakan pada berbagai hal, terutama jodoh.
- Larangan menyisakan makanan
Larangan menyisakan makanan merupakan salah satu mitos yang juga umum dijumpai di Temanggung. Keyakinan ini berkubungan dengan kepercayaan bahwa menyisakan makanan dapat membuat hewan peliharaan mati.
- Larangan duduk di atas bantal
Mitos larangan yang ke lima adalah duduk di atas bantal. Keyakinan ini berhubungan dengan kepercayaan bahwa duduk di atas bantal dapat menyebabkan pantat membusuk. Selain itu, larangan ini juga berkaitan dengan aspek kesopanan, karena bantal merupakan benda yang digunakan untuk meletakkan kepala saat beristirahat.
- Larangan makan ceker ayam
Selain makan sayap ayam, larangan makan ceker ayam juga ada di Temanggung. Larangan ini masih dipercaya dan dijalankan di beberapa daerah di Temanggung. Larangan ini kembali ditujukan khusu kepada anak perempuan. Keyakinan ini berdasar pada kepercayaan bahwa makan ceker ayam dapat membuat wajah memiliki banyak goresan dan tidak mulus saat dirias pada resepsi pernikahannya kelak.
- Larangan makan brutu ayam
Larangan yang terakhir masih terkait dengan bagian-bagian ayam, yakni brutu atau bagian bantat ayam. Keyakinan ini berdasar pada kepercayaan bahwa makan brutu ayam dapat menyebabkan seseorang mengalami penyesalan, mengingat letak bagian tersebut adalah di bagian belakang, seperti penyesalan yang selalu datang di akhir atau di belakang. Selain itu, makan brutu ayam juga dipercaya dapat menyebabkan seseorang menjadi pelupa.
Itulah tujuh mitos larangan yang mengakar di Temanggung. Mekipun larangan-larangan tersebut tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat, masih banyak masyarakat yang mempercayai budaya atau larangan tersebut. Meskipun di era yang serba modern ini, banyak masyarakat yang masih mempertahankan kepercayaan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan kebudayaan mereka. (*)