CerpenSastra

Bayanganku Hidup

Oleh : Khansa Aisyatul Nabilla

Namaku Dira. Hidupku terkesan biasa saja, setiap hari selalu mengulang kegiatan yang sama. Hingga suatu pagi saat bercermin, aku melihat sesuatu yang tak bisa kupahami ‘bayanganku tidak meniru gerakanku’.
Awalnya kupikir itu hanya ilusi di pagi hari. Tapi semakin hari, bayanganku menjadi sosok yang berbeda. Ia tersenyum saat aku murung. Ia melambaikan tangan saat aku diam. Dan pada malam ketiga, ia menghilang dari cermin meninggalkan bayangan kosong yang menatap balik tanpa jiwa.

Pagi berikutnya, semuanya berubah. Warna dunia tampak pudar, dan orang-orang menatapku seakan aku orang asing. Bahkan ibuku, yang biasanya selalu mengomel dengan kalimat yang sama “Dira, cepat sarapan! Siput aja kalah sama kamu!” kini memanggilku dengan nama yang tak kukenal ”Riad”

Artikel Terkait

Aku masuk sekolah dengan kepala penuh kebingungan. Kelas masih sama, tapi tak satu pun temanku mengenaliku. Namaku tidak ada di absen. Di dinding mading, terpampang foto seseorang yang wajahnya mirip denganku, namun rambutnya lebih pendek dan senyumannya sinis. Di bawah foto itu tertulis ’Riad – Berandal Sekolah.’

Aku seperti hidup dalam cermin yang retak. Segalanya sangat mirip, bahkan mungkin ini jiplakan. Semacam copy paste.
Butuh beberapa hari bagiku untuk menyadari bahwa aku telah berpindah ke dunia paralel, dan seseorang ’versi lain dari diriku’ telah mengambil alih hidupku di dunia asli. Ia kini tinggal di rumahku, memakai wajahku, dan mungkin… menjalani hidupku dengan lebih baik dari yang bisa kulakukan.

Sementara aku? Terjebak di dunia ini sebagai Riad, seseorang yang terkenal sebagai pembuat onar, ditakuti guru, dan bahkan pernah terlibat perkelahian dengan polisi sekolah. Anehnya, tubuhku mulai menyesuaikan. Di pundakku, ada bekas luka yang tak pernah kumiliki. Di sakuku, tersimpan catatan kecil “Kendalikan sebelum dikendalikan.”
Aku tidak bisa tinggal di sini. Aku harus pulang.

Suatu malam, di perpustakaan sekolah yang sepi, aku menemukan sebuah buku tipis berjudul “Refleksi dan Realita: Panduan untuk Jiwa Terperangkap.” Buku itu ditulis oleh seseorang bernama Dr. Yarsa dan di halaman terakhir, tertulis petunjuk:
“Jika engkau ingin kembali, temukan rumah cermin saat hujan pertama bulan sebelas turun. Gerbang akan terbuka, tapi hanya jika keduanya rela bertukar tempat.”
Aku menunggu. Hari demi hari, sampai akhirnya langit yang biasanya kusam diguyur gerimis. Dengan langkah penuh harap, aku menyusuri batas kota, ke tempat yang disebut dalam buku itu.

Di sana terdapat sebuah rumah tua, dindingnya terbuat dari kaca. Setiap pantulan di sana tidak sama dengan kenyataan. Aku melihat diriku tersenyum, menangis, dan marah. Semua emosi yang tak kutunjukkan selama bertahun-tahun.
Di ruang utama, berdiri seorang pria tua berjubah abu-abu. “Aku tahu kau akan datang, Dira… orang yang kini dikenal sebagai Riad,” katanya.
“Bisakah aku pulang?” tanyaku.
“Bisa. Tapi kau harus meyakinkan cermin… bahwa dirimu layak kembali.”
Aku menatap cermin di tengah ruangan. Untuk pertama kalinya sejak lama, aku melihat ’Dira’ diriku yang asli. Ia mengenakan bajuku, tertawa bersama ibu, dan hidup dalam kenyamanan yang sebelumnya selalu kuanggap membosankan.
Kupanggil dia. Tak ada respons.
Lalu aku menulis di kaca: “Kenangan kita di taman belakang. Gelang biru yang hilang di ulang tahunmu yang ke-8. Nama boneka kesayanganmu Tiko.”
Hal-hal yang hanya aku ‘Dira sejati’ yang tahu.
Ia berhenti tertawa. Menatap cermin. Menangis.
Tangannya menyentuh kaca.
Tiba-tiba, semuanya berguncang. Cahaya menyilaukan muncul. Aku terhuyung dan kehilangan kesadaran.
Ketika kubuka mata, aku sudah kembali di kamarku. Warna-warna terang. Foto-foto lama. Dan ibu memanggil, “Dira, cepat sarapan! Siput aja kalah sama kamu!”
Aku memeluknya tanpa berkata apa-apa.
Namun, ketika kulihat cermin itu lagi, aku merasa… ada sesuatu yang tertinggal.
Bayanganku tidak sepenuhnya mengikuti gerakku. Ia masih… sedikit terlambat.
Menunggu. Mengintai.
Dan aku tahu, dunia paralel itu belum sepenuhnya tertutup.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button