Biji Jali: Butiran Kenangan dalam Tasbih, Gelang, dan Mainan Tempo Dulu

Oleh : Tri Nadya septiyaningrum

Di tengah derasnya arus modernisasi, biji jali hanyalah sebutir benda kecil yang tak banyak dikenal generasi muda. Padahal, biji dari tanaman Coix lacryma-jobi ini pernah memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan, baik sebagai bahan kerajinan, pernak pernik, maupun mainan anak-anak. Bentuknya yang bulat lonjong dan mengilap seperti mutiara alam menjadikannya bahan serbaguna yang begitu istimewa.

Pada masanya, biji jali sering dimanfaatkan untuk membuat tasbih dan gelang. Warnanya yang alami putih gading hingga abu-abu tua menciptakan kesan klasik dan menenangkan. Tasbih dari biji jali banyak digunakan oleh masyarakat sebagai alat dzikir yang unik karena berasal dari bahan alam. Sementara itu, gelang dari biji jali menjadi perhiasan sederhana yang tak hanya indah, tetapi juga memiliki nilai tradisi. Di beberapa daerah, gelang jali bahkan dipercaya membawa keberuntungan dan perlindungan dari marabahaya.

Lebih dari sekadar aksesoris religius atau perhiasan, biji jali juga pernah menjadi bahan mainan favorit anak-anak. Anak-anak pedesaan biasa merangkainya menjadi kalung, boneka sederhana, atau bahkan hiasan rambut. Proses merangkai biji-biji ini melatih keterampilan motorik halus sekaligus mengasah kreativitas. Tak jarang, permainan ini menjadi ajang kebersamaan dan gotong royong di antara anak-anak di waktu senggang.

Kini, saat mainan plastik dan gawai mendominasi dunia anak-anak, keberadaan biji jali nyaris terlupakan. Padahal, di balik kesederhanaannya, biji jali menyimpan nilai edukatif, estetika, dan spiritual yang tak ternilai. Upaya pelestarian kerajinan berbasis biji jali dapat menjadi bentuk penghargaan terhadap warisan budaya lokal sekaligus langkah kreatif dalam menciptakan produk ramah lingkungan.

Biji jali adalah bukti bahwa keindahan dan makna bisa ditemukan dalam hal-hal paling sederhana. Dari butiran kecil ini, terjalin kisah tentang tradisi, kreativitas, dan spiritualitas yang melekat erat dalam kehidupan masyarakat tempo dulu. Saatnya kita membuka kembali lembaran kenangan itu dan memberi tempat bagi biji jali dalam kehidupan masa kini.

Exit mobile version