Cethil, Makanan Tradisional yang menggoda di Pasar Tepusen

Kabartemanggung.com – Pasar Tepusen yang terletak di Desa Tepusen, Kaloran, Temanggung merupakan pasar yang menyimpan berbagai keunikan kuliner. Di antara deretan kios dan pedagang yang menawarkan beragam makanan, terdapat satu hidangan yang selalu menarik perhatian pengunjung yaitu Cethil. Makanan tradisional ini bukan sekadar camilan, tetapi juga menyimpan nilai sejarah dan budaya yang kaya.
Cethil adalah makanan tradisional yang berasal dari Jawa Tengah, khususnya daerah sekitar Semarang. Di berbagai daerah penyebutan makanan ini bisa cenil atau yang lain. Makanan ini terbuat dari tepung ketan yang dicampur dengan air dan kemudian dibentuk menjadi bulatan kecil. Setelah itu, bulatan-bulanan ini direbus hingga matang dan disajikan dengan parutan kelapa dan gula merah cair. Cethil sering kali dijadikan camilan atau makanan penutup, dan memiliki rasa yang manis serta tekstur yang kenyal.
Di Pasar Tepusen, Cethil telah menjadi salah satu primadona. Banyak pengunjung yang datang khusus untuk memenuhi kelezatan makanan ini. Aroma harum dari kelapa parut yang baru saja diparut dan gula merah yang meleleh menciptakan daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang melintas.
Salah satu daya tarik utama Cethil di Pasar Tepusen adalah harganya yang sangat terjangkau. Satu porsi Cethil biasanya dibanderol dengan harga sekitar Rp 2.500, tergantung pada ukuran dan tambahan yang diinginkan. Dengan harga yang begitu bersahabat, siapa pun dapat menikmati kelezatan Cethil tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Hal ini menjadikan Cethil sebagai pilihan yang ideal bagi pelajar, pekerja, maupun keluarga yang ingin menikmati camilan tradisional. Cethil ini selalu buka pada saat pasaran pasar Tepusen yaitu Kliwon dan Pon, jam 06.30 sampai habis, dan biasanya jam 08.30 sudah habis.
Rasa Cethil yang menggoda adalah salah satu alasan mengapa makanan ini begitu populer. Saat Anda menggigit Cethil, Anda akan merasakan tekstur kenyal yang lembut di mulut, diiringi dengan rasa manis dari gula merah dan gurihnya kelapa parut. Kombinasi ini menciptakan harmoni rasa yang sulit untuk dilupakan.
Salah satu penjual Cethil di Pasar Tepusen, menjelaskan, “Saya sudah berjualan Cethil selama lebih dari 15 tahun. Resep ini saya warisi dari Ibu saya. Saya selalu menggunakan bahan-bahan segar agar rasa Cethil tetap enak.”
Mengunjungi Pasar Tepusen tidak hanya sekedar menikmati Cethil, tapi juga untuk merasakan suasana pasar yang ramai dan penuh warna. Suara tawar-menawar antara pembeli dan penjual, aroma berbagai makanan yang menggiurkan, serta keramahtamahan para pedagang menciptakan pengalaman yang tak terlupakan.
Saat Anda berjalan-jalan di sekitar pasar, Anda akan melihat berbagai kios yang menjual makanan tradisional lainnya, seperti klepon, onde-onde, dan berbagai jenis jajanan pasar lainnya. Namun, Cethil tetap menjadi salah satu yang paling banyak dicari. Banyak pengunjung yang rela mengantri untuk mendapatkan porsi Cethil yang hangat dan lezat. (KT44/Indah Kurnia Sari).