Oleh: Dewi Puji Lestari
Kabartemanggung.com – Masa kolonial hingga kemerdekaan adalah masa kejayaan kereta api di Temanggung. Jalur kereta yang dibangun oleh perusahaan kereta Belanda Nederlansch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) ini menjadi penghubung penghasil komoditas utama penghasil tembakau dan kopi ke pelabuhan-pelabuhan besar yang berada di Semarang dan Surabaya. Jalur kereta Magelang-Parakan yang melintasi Temanggung kala itu, menjadi salah satu rute yang penting untuk pergerakan ekonomi daerah serta distribusi hasil bumi.
Jalur kereta api di wilayah Temanggung dibangun pada akhir abad ke-19, dan menjadi salah satu proyek besar pemerintah kolonial untuk mengangkut hasil bumi di daerah Parakan ke kota besar seperti Magelang dan Semarang. Jalur ini dilengkapi dengan beberapa stasiun penting, termasuk Stasiun Kranggan yang menjadi pusat distribusi hasil bumi masyarakat sekitar.
Temanggung, sebagai kota penghasil tembakau terbesar tentunya sangat diuntungkan dengan adanya jalur kereta ini. Tidak hanya sebagai pengangkut hasil bumi saja, kereta juga digunakan penduduk lokal masa itu untuk berpergian ke pasar-pasar besar di kota. Barang-barang seperti hasil tani, ternak, hingga kerajinan diangkut menggunakan kereta untuk diperjual-belikan di pasar.
Namun, perjalanan perkeretaapian di Temanggung tidak semulus yang kita bayangkan. Terdapat tragedi besar yang tercatat, yaitu kecelakaan kereta api di Jembatan Kali Kuwas, Kranggan tahun 1939. Dalam kecelakaan ini, sebuah kereta api dengan muatan tembakau tergelincir karena kerusakan struktural dan beban yang berlebihan. Akibatnya, beberapa gerbong kereta terlepas dari lokonya dan terjun ke sungai dan membawa korban yang banyak. Setidaknya ada 12 korban tewas, termasuk masinis dan asistennya.
Keberadaan kereta api di Temanggung mulai meredup di tahun 1970-an, ketika trasnportasi darat mulai berkembang pesat yang mengakibatkan jumlah penumpang turun drastis sehingga membuat jalur kereta ditutup karena dinilai tidak efisien secara ekonomi. Sisa-sisa jalur kereta, seperti rel sudah tertutup tanah dan bangunan rumah warga, dan bangunan-bangunan stasiun yang beralih fungsi menjadi tempat parker angkutan umum.
Meski begitu, kenangan kejayaan dan peran kereta api dalam menggerakkan perekonomian Temanggung kala itu, tetap menjadi kenangan di hati masyarakat yang menyaksikan langsung kejayaan trasnportasi ini.