
Oleh: Zahra Agid Tsabitah
Saat ini, dunia tengah menghadapi tantangan besar berupa perubahan iklim. Fenomena ini tidak hanya dirasakan di tingkat global, tetapi juga berdampak nyata di daerah-daerah seperti Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Perubahan iklim ditandai oleh naiknya suhu rata-rata bumi, ketidakpastian musim, dan peningkatan intensitas bencana alam seperti banjir dan kekeringan.
Di Temanggung, yang dikenal sebagai daerah pertanian dan penghasil tembakau, dampak perubahan iklim sangat terasa. Musim tanam yang tidak menentu menyebabkan petani kesulitan menentukan waktu yang tepat untuk menanam dan memanen. Curah hujan yang tidak stabil juga meningkatkan risiko gagal panen, yang berimbas pada penurunan pendapatan petani. Selain itu, suhu yang semakin panas mempengaruhi kualitas hasil pertanian, terutama tanaman seperti kopi dan tembakau yang sangat sensitif terhadap iklim.
Pemerintah daerah sebenarnya telah berupaya mengatasi masalah ini melalui berbagai program adaptasi, seperti pelatihan pertanian berkelanjutan dan konservasi sumber daya air. Namun, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan masih perlu ditingkatkan. Banyak hutan yang beralih fungsi menjadi lahan pertanian tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan, yang justru memperparah kondisi iklim setempat.
Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat dibutuhkan untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Edukasi tentang lingkungan, penerapan teknologi ramah lingkungan, dan pelestarian hutan merupakan langkah-langkah penting yang harus segera diambil.
Dengan kesadaran dan tindakan bersama, diharapkan Temanggung bisa menjadi contoh daerah yang tangguh terhadap perubahan iklim dan tetap mempertahankan keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam.