Oleh : Sufi Saniatul Mabruroh
Dalam hiruk-pikuk kehidupan yang serba cepat dan penuh tuntutan, sering kali manusia terjebak dalam labirin keinginan yang tiada habisnya. Kita mengejar banyak hal seperti harta, jabatan, pengakuan, dan kenikmatan dunia. Seakan akan semua itu adalah syarat mutlak untuk bahagia. Padahal, kebahagiaan yang sejati tidak datang dari seberapa banyak yang kita miliki, melainkan dari seberapa dalam kita mampu bersyukur atas apa yang telah diberikan.
Bersyukur adalah seni. Ia bukan sekadar ungkapan terima kasih, tetapi juga cara pandang yang mampu mengubah kekurangan menjadi cukup, luka menjadi pelajaran, dan kehilangan menjadi kesempatan untuk lebih dekat pada-Nya. Saat hati dipenuhi syukur, hidup terasa lebih ringan, langkah terasa lebih pasti, dan setiap hela napas menjadi karunia yang tak ternilai.
Mari bayangkan jika ada seseorang yang sedang kehausan di tengah terik matahari. Lalu datanglah seteguk air. Bagi mereka yang bersyukur, air itu adalah penyelemat, pembasuh dahaga, dan berkah yang besar. Namun, bagi mereka yang selalu merasa kurang, bahkan segelas air pun bisa terasa tidak cukup, dan mereka meminta lebih. Padahal dalam banyak hal, terlalu banyak bukan berarti lebih baik. Air yang terlalu banyak bisa membahayakan atau malah menenggelamkan. Di sinilah makna penting dari bersyukur dan belajar merasa cukup karena tidak semua penambahan adalah kebaikan.
Dalam kehidupan, kita sering melihat orang yang bergelimang harta tapi hatinya gersang, selalu merasa kurang. Di sisi lain, ada pula yang hidup sederhana namun jiwanya tenang, penuh rasa syukur atas rezeki yang meski tak besar, tapi cukup. Inilah pelajaran yang seharusnya kita mengerti, bukan jumlah yang menentukan bahagia, tapi rasa cukup di dalam hati.
Bersyukur juga mengajarkan kita untuk menghargai apa yang sudah dimiliki, bukan mengeluhkan apa yang belum dicapai. Ia menumbuhkan kesadaran bahwa setiap hari adalah anugerah, bahwa tubuh yang sehat, nafas yang berhembus, keluarga yang mendampingi, dan pekerjaan yang bisa dijalani adalah hal-hal besar yang sering kali luput kita syukuri karena terlalu sibuk membandingkan dengan hidup orang lain.
Lebih dari itu, syukur bukan hanya terhadap nikmat yang menyenangkan, tapi juga terhadap ujian. Sebab di balik setiap kesulitan, selalu ada pelajaran yang membuat kita tumbuh. Dan hanya hati yang bersyukurlah yang mampu melihat cahaya di balik gelapnya cobaan.
Jadi, sebelum kita mengeluh tentang apa yang belum ada, lihatlah kembali apa yang sudah kita punya. Bisa jadi, apa yang kita anggap sedikit, justru itulah yang menyelamatkan. Belajarlah mencintai hidup yang kita jalani hari ini, karena bisa jadi itulah hidup terbaik yang Tuhan anugerahkan untuk kita.