CerpenSastra

Indigo

Oleh: Cholifia Nurchaliza

Langit di Bandung sangat mendung di sore itu, angin yang berhembusan entah kemana.
Terduduk diam seorang anak yang duduk diteras rumahnya. Amel namanya, dia bukan seorang
yang senang dengan kesendirian. Tetapi banyak dari teman-teman sekolah, bahkan teman
perumahannya banyak yang menjauhinya. Amel dikenal sebagai seorang anak yang aneh,
orang bilang agak gila karena sering berhalusinasi. Tetapi tidak Amel seorang anak yang
indigo, dia mempunyai kemampuan untuk melihat dunia lain bahkan berkomunikasi dengan
makhluknya.
Suatu hari Amel bercerita kepada ibunya, bahwa dia mempunyai teman yang begitu
baik, kemana-mana selalu ikut dengan Amel dan menjaga Amel. Ibunya terheran teman yang
mana karena setau ibunya Amel tidak memiliki teman sekalipun. Apa munkin teman yang
diceritakan Amel adalah teman yang tidak terlihat, piker ibunya.
Ibu : “Amel siapa nama teman itu?”
Amel : “Loli bu dia sangat cantik tetapi hanya memiliki tangan satu.”
Ibu : “Amel dengar ibu ya nak, kamu harus berhati-hati untuk memilih teman. Bisa
Saja dia bukan manusia. Kamu nggak lupa kan kamu anak indigo.”
Amel : “Iya ibu Amel tau, memang dia bukan manusia tetapi dia sangat baik ke Amel.”
Ibunya pun mulai khawatir dengan kemampuan yang dimiliki Amel tersebut. Dia
bercerita lewat telepon kepada papanya Amel. Amel dangat jarang bertemu dan bercerita
dengan papanya. Papanya selalu bekerja bolak balik keluar kota. Pernah sekali ibunya meminta
kepada papanya Amel untuk menyisihkan waktu bertiga dengan Amel. Namun itu ditolak
mentah-mentah. Papanya emang keras, lebih mementingkan pekerjaan daripada keluarga.
Dari lahir Amel sudah ditakdirkan menjadi anak indigo, dia selalu melihat makhluk tak
kasat mata yang sangat banyak. Ada yang terbang, tidak utuh badannya, melompat, merangkak,
serta pincang. Bahkan ada yang baik begitu pula sebaliknya ada yang jahat. Sulit bagi Amel
untuk berpura-pura baik-baik saja seakan-akan tidak bisa melihat semua itu. Namun semakin
berjalannya umur Amel berdamai dengan keadaan itu walau sebenarnya tidak mau.
Bahkan sampai detik ini umur Amel 18 tahun dan menduduki bangku SMA di salah
satu SMA di daerah Bandung. Sekolah itu cukup terkenal besar dan horor karena sekolah tua.
Gedung sekolah tersebut berlantai empat, dan setiap lantainya terdapat kamar mandi. Tetapi
tidak boleh dipergunakan kamar mandi bagian lantai empat. Cerita ini berawal dari kamar
mandi tersebut. Ketika Amel ingin ke kamar mandi tetapi dari lantai satu sampai tiga semuanya
penuh. Amel nekat jalan menuju kamar mandi lantai empat bersama Anisa temannya.
Amel : “Nis kamu berani kan, kalo takut tunggu sini aja.”
Anisa : “Beranin kok, lagian mah setan doang tinggal kita kentutin hahaha”
Amel : “Heh jangan gitu, kalau muncul beneran baru tau rasa kamu.”
Amel dan Anisa pun masuk masing-masing ke dalam kamar mandi tersebut. Mulai dari
udara, suasana, bahkan bau tak sedap pun terasa menyengat dikamar mandi tersebut. Amel
mulai merasakan hal-hal yang sangat mistis menariknya. Bahkan dia melihat sosok wanita
hamil yang sangat seram.
Anisa : “Mel kamu udah belum?”
Amel : “Udah, yuk buruan keluar aku melihat sesuatu.”
Anisa : “Kamu melihat apaan, jangan bikin takut deh.”
Belum sempat menjawab, Amel terjatuh seperti orang pingsan. Tetapi ini bukan
pingsan melainkan Amel kesurupan. Langsung saja Anisa teriak ketakutan dan meminta tolong
tetapi tidak terdengar oleh satu orang pun. Segera Anisa turun tangga meninggalkan Amel
untuk mencari bantuan sebelum terlambat.
Anisa : “Assalamualaikum pak, pak tolong Amel dia kesurupan di lantai empat.”
Pak Ari : “Kenapa bisa? kamu duluan saya panggil guru ya ng lain.”
Anisa : “Baik pak.”
Semua siswa-siswi sekolah menjadi kisruh tak karuan. Semua berlarian ada yang ingin
melihat, ada juga yang memilih berdiam karna takut. Terlebihnya sesampainya guru-guru
dilantai empat, tidak hanya Amel yang kesurupan. Anisa dan beberapa siswi lainnya ikut
kesurupan teriak-teriak dan menangis. Semua guru pun panik untuk mengatasinya. Pak Ari
mencoba menyadarkan mereka semua dengan ayat-ayat yang dibacakannya. Namun, itu sangat
menguras tenaga pak Ari karena setan yang masuk ke dalam tubuh mereka sangat kuat.
Amel : “Saya tidak akan keluar dari tubuh ini, mereka sudah masuk pada wilayah
saya.”
Anisa : “anak-anak ini mempunyai tulang yang wangi, saya sangat menyukainya.”
Begitu setan yang merasuki Amel dan Anisa mengatakan tidak mau keluar. Pak Ari
beserta guru, dan siswa-siswi yang berada di situ tidak berhenti melantunkan ayat-ayat Allah.
Sampai pada akhirnya satu jam mereka kesurupan akhirnya tersadarkan dengan keadaan yang
begitu lemas. Kejadian tersebut membuat trauma siswa-siswi yang lain. Begitu juga Anisa yang
menjauhi Amel sebagai temannya. Lantaran menurut Anisa, Amel adalah manusia yang aneh.
Amel : “Bu…Amel emang seburuk itu ya, baru saja Amel mendapatkan teman tetapi
semua itu hilang satu per satu setelah tau bahwa Amel anak indigo.”
Ibu : “Kamu jangan bilang begitu nak, kamu sangat spesial bagi ibu, kemampuan
Indigo kamu itu adalah anugerah dari tuhan.”
Amel : “Sepertinya hanya ibu yang bisa membuah Amel merasa ada yang sayang,
tidak ayah yang tidak peduli dengan kondisi anaknya.”
Ibu : “Ayahmu sayang kamu, kalua ayah pulang juga akan mengerti kamu.”
Amel : “Tetapi aku bahkan sampai lupa kapan terakhir ngobrol dengan ayah bu.”
Semenjak kejadian tersebut, lantai empat resmi ditutup dan tidak digunakan untuk
belajar mengajar. Tahun berikutnya pun pendaftar SMA tersebut menurun drastis bahkan
sentengah dari pendaftar tahun sebelumnya, lantaran cerita kesurupan yang telah menyebar ke
masyarakat dan banyak yang takut bersekolah di SMA tersebut. Konon katanya jika ingin
membuka lantai empat kembali maka harus ada korban satu yang diserahkan kepada makhluk
halus penunggu lantai tersebut
Amel pun lulus dengan nilai yang sangat baik tetapi tidak melanjutkan kuliah karena
trauma dengan kejadian di masa SMA nya. dia takut tiak menemukan teman yang tulus
menerima dia sebagai anak indigo. Amel memilih di rumah dan berkegiatan membantu
mengembangkan usaha kue ibunya, tanpa memperdulikan ayahnya lebih sayang dia atau pekerjaannya.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button