Jajanan Legendaris yang Tetap Eksis di Parakan

Parakan, Kabartemanggung.com — Setiap pagi sekitar pukul 08.00, di utara pasar legi parakan, terlihat gerobak putih sederhana yang mengepulkan aroma khas kelapa. Di baliknya, berdiri seorang pria paruh baya dengan senyum ramah: Pak Supri, penjual bandos yang sudah setia berjualan sejak tahun 2016.
Bandos atau biasa disebut bandros, adalah jajanan tradisional khas Jawa Barat, khususnya Bandung. Kue ini terbuat dari tepung beras, kelapa parut dan, dengan rasa yang gurih dan sedikit manis. Bentuknya menyerupai kue pukis, yaitu setengah lingkaran yang berjejer banyak. Bandros bisa ditemukan di berbagai pasar tradisional dan merupakan camilan yang populer di kalangan masyarakat.
Pak Supri mulai menjualnya dengan harga hanya Rp2.000 per tangkep saat pertama kali berjualan. Kini, hampir satu dekade berlalu, harga bandos naik menjadi Rp5.000 namun pelanggan setianya tetap datang.
“Saya mulai jualan tahun 2016. Waktu itu coba-coba saja, inspirasi dari tetangga ada yang jual bandos, dan saya pikir kenapa enggak bikin sendiri? Bandos itu simpel, bahan cuma tepung beras, santan, kelapa, sama sedikit gula bisa diberi pewangi daun pandan. Enggak pakai pengawet, semuanya alami,” kata Pak Supri saat ditemui di lapaknya, Kamis pagi (2/5/2025).
Ide itu terbukti berhasil. Dalam waktu beberapa bulan, bandos buatan tangan Pak Supri mulai dikenal warga sekitar. Ia menjaga kualitas bahan, membuat semua adonan sendiri setiap pagi, dan memanggang langsung di tempat.
Keluarga Pak Supri banyak yang jualan bandos, dari 4 bersaudara semua jualan bandos. Akan tetapi karena jualan butuh tekat, konsisten, dan bakat. Salah satu saudaranya tidak bertahan, dan hanya 3 orang yang berjualan ditempat yang berbeda.
Bandos Pak Supri ini berjualan mulai pukul 08.00 hingga 16.00 setiap hari. Meski terkadang hujan atau cuaca panas menyulitkan, Pak Supri tetap berjualan. “ syarat berjualan itu yang penting konsisten. Pembeli sudah tahu saya ada tiap hari. Jadi harus jaga kepercayaan,” tuturnya.
Ia mengaku tantangan terbesarnya adalah naiknya harga bahan baku. Kelapa yang sekarang harganya mahal dan tepung beras yang harganya mulai naik, membuatnya terpaksa menaikkan harga bandos secara perlahan sejak 2016 harganya dari 2000, 2500, sepuluh ribu dapat 3, 4000 dan terakhir ini 5000. Tapi ia tidak mau menurunkan kualitas. “Saya lebih baik untung sedikit, tapi pelanggan tetap puas. Kalau bandosnya berubah rasa, nanti orang enggak balik lagi,” jelasnya.
Kini, bandos Pak Supri bukan sekadar jajanan, melainkan juga simbol cinta pada makanan tradisional. Di tengah menjamurnya camilan modern, bandos hangat dengan rasa rumahan ini tetap punya tempat di hati banyak orang. (KT33/Ratna Sari).