
Oleh: Futimatul Islamiyah
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi perbukitan, tinggal seorang remaja bernama Dira. Setiap sore, dia selalu menyempatkan diri berjalan ke taman senja yang terletak di ujung jalan rumahnya. Taman itu menjadi tempat favoritnya untuk melepas penat setelah hari yang panjang di sekolah.
Suatu sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Dira melihat sosok baru di taman itu. Seorang anak laki-laki seusianya sedang duduk di bangku kayu, memandang jauh ke arah langit yang berwarna jingga. Rasa penasaran membuat Dira memberanikan diri mendekat dan menyapa.
“Hai, aku Dira,” katanya dengan senyum malu. Anak laki-laki itu menoleh dan membalas, “Aku Raka. Aku baru pindah ke sini.” Percakapan mereka mengalir ringan, membicarakan sekolah, hobi, dan impian masa depan. Taman senja menjadi saksi awal pertemanan yang hangat.
Hari-hari berikutnya, Dira dan Raka selalu bertemu di taman itu. Mereka berbagi cerita tentang suka duka remaja, saling memberi semangat saat menghadapi ujian, dan tertawa bersama saat membicarakan hal-hal konyol. Persahabatan mereka tumbuh seperti bunga yang mekar di musim semi.
Suatu kali, Raka bercerita tentang mimpinya menjadi seorang penulis. Dira terinspirasi dan mulai menulis juga, meskipun awalnya hanya catatan kecil di buku hariannya. Mereka saling bertukar tulisan, memberikan kritik dan dukungan yang membangun.
Namun, suatu hari Raka terlihat murung. Dia mengaku sedang menghadapi masalah keluarga yang membuatnya ingin pindah lagi. Dira merasa sedih, tapi berusaha menjadi teman yang kuat. Mereka berjanji untuk tetap berhubungan walau jarak memisahkan.
Waktu berlalu, dan Raka benar-benar pindah. Dira merindukan teman yang selalu ada di taman senja itu. Namun, dia tidak menyerah. Dia terus menulis dan mengirimkan surat untuk Raka, berharap suatu hari mereka bisa bertemu lagi.
Beberapa bulan kemudian, Raka kembali ke desa kecil itu. Kali ini, bukan sebagai anak baru, tapi sebagai sahabat yang sudah lama dikenal. Mereka bertemu lagi di taman senja, tempat yang penuh kenangan dan harapan.
Dira dan Raka sadar bahwa persahabatan mereka lebih dari sekadar kebersamaan fisik. Mereka belajar bahwa dukungan dan kepercayaan bisa mengatasi jarak dan waktu. Taman senja tetap menjadi tempat di mana kisah mereka terus berlanjut.
Di bawah langit yang mulai gelap, Dira dan Raka duduk berdampingan, menatap bintang yang mulai bermunculan. Mereka tahu, perjalanan hidup masih panjang, tapi bersama, mereka siap melangkah ke depan dengan penuh semangat dan mimpi.