CerpenSastra

Kebaya Keramat

Oleh : Masrurotul Fuadah

Tiga orang pemuda yang bernama Ranti, Maria, dan Rio mau berlibur ke desa Merkar sari. Mereka mempersiapkan perbekalan mulai dari makanan, obat-obattan dan baju untuk keperluan di sana. Rencananya mereka akan kumpul di rumah Ranti pada hari Rabu dan berangkat bersama. Perjalan yang ditempuh kurang lebih 7 jam dari Jakarta ke desa Mekar Sari. Ranti, Maria, dan Rio akan berada di desa mekar sari selama 7 hari.

Rio : ” perbekalannya udah siap semua belum nih?”.
Ranti: ” Udah kok, ini tinggal masukin ke dalam bagasi mobil saja.”
Rio: “oh Oky.”
Rio : ini Maria di mana sih kok lama banget belum nyampek kesini?.
Ranti: ” Mungkin kejebak macet.”
Rio: ” Udah tau macet tapi gak mau berangkat lebih awal.” (Dengan nada kesal)
Ranti : ” Udah sabar, sebentar lagi juga bakal Sampek kok.”
Rio:” emang kebiasaan tuh anak, selalu ngaret dan lelet.”

Setelah menunggu kurang lebih setengah jam akhirnya Maria Sampai di rumah Ranti. Maria lari menuju ke arah Ranti dan Rio.

Maria ” Maaf gais aku telat.”:
Ranti : ” enggak papa kok, santay aja.’
Rio:” Kebiasaan banget sih, suka ngaret.”
Mari: ” ya elah kan gua udah minta maaf, masih aja Lo sewot sama gua.”
Rio: ” Yuk cepet masukin semua barangnya ke dalam mobil, nanti ke sorean nyampek sananya.
Mari: ” Iya-iya judes banget sih.”
Ranti: ” Udah jangan ribut.”

Maria, Ranti, dan Rio bergegas untuk memasukkan barang-barang ke bagasi mobil. Setelah semua barang masuk ke dalam bagasi Rio, Ranti dan Maria masuk ke dalam mobil untuk menuju ke desa Mekar Sari.

Maria: ” Nanti kalau udah di sana gua mau ekspor desa itu dari ujung Sampai ujung gak akan ada yang tertinggal.’
Rio:” Jangan aneh2 deh di sana tuh banyak tempat keramat jadi jangan slonang-sloning.
Maria:” Apaan sih kan kita ke sana mau bersenang-senang menikmati suasana pedesaan, eh malah Lo nakut-nakutin.”
Ranti: ” Iya ih, Rio nih.”
Rio:” ya emang di desa mekar sari pemandangannya bagus banget tapi kalian jangan sampai lupa jaga adab dan tata Krama kalau udah sampai di sana.
Mari: “Iya-iya, siap bos Rio.”

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 7 jam akhirnya Rio, Ranti, dan Maria sampai di desa Mekar Sari. Maria turun dari mobil dan berlari sembari menghirup udara yang masih segar dan belum tercemar oleh polusi udara.

Maria: ” Wau segar banget udara di sini, masih hijau GK ada gedung tinggi.”
Ranti: ” Awas jatuh, jangan lari-larian deh, jalan aja dengan santai sembari menikmati pemandangan sore hari.”
Rio: ” Iya ih, udah dibilangin suruh jaga tata Krama masih aja kek gitu. Ingat ini bukan daerah Lo.”
Maria: ” iya-iya bawel amet sih kalian.” ( Sembari menghentikan langkah kakinya yang sedari tadi berlari-lari kecil).

Ranti, Maria, dan Rio menyusuri jalan sembari mencari penginapan yang dapat di tinggali
Selama mereka berada di desa Mekar Sari. Ranti menunjuk satu rumah berwarna putih yang ada papan bertuliskan ‘penginapan’.

Ranti: ” Eh gais berhenti dulu, lihat tuh ada penginapan di sebrang jembatan.”
Rio: ” Jangan di situ deh rumahnya kayak angker gitu, ngeri gua.’
Maria: ” Dasar cowok penakut. Udah yok Ran kita ke sana siapa tau di sana murah kan lumayan bisa menekan pengeluaran heheheh.’
Ranti: ” ayok.”
Maria: (sembari mencolek Rio) ” Lo mau iku kagak, kalau enggak Sono cari penginapan lain. sendiri.”
Rio :” Iya deh gua ikut.’
Maria: ” Nah gitu dong, jadi cowok tuh harus pemberani masak kalah sama gua dan Ranti.” ( Sambil tertawa)
Rio:” Apaan sih Lo mar.”
Ranti: ( Sambil memegangi punggungnya)” Udah yuk keburu malem, gua udah pengen rebahan capek banget nih punggung udah kayak mau rontok.”

Mereka berjalan menuju ke penginapan yang berada di sebrang sungai itu. Setelah menyebrangi jembatan tibalah mereka di rumah tersebut.

Maria: ” Mana nih yang punya rumah, kok sepi banget.”
Ranti:” Permisi, hallo permisi.”
Tiba-tiba muncul bapak-bapak dari belakang rumah.
Penjaga rumah:” Iya neng, ada apa?”
Ranti:” permisi pak, mau tanya apakah benar rumah ini di sewakan?”
Penjaga rumah: “Iya benar neng.”
Ranti: ” kalau gitu saya dan teman saya mau menyewa rumah ini selama 7 hari. Kira-kira berapa ya pak?”
Penjaga rumah: ” Per malamnya 100 neng, jadi kalau 7 hari berarti 700.”

Maria berbisik pada Ranti
Ranti :” Murah banget, ambil cepet keburu bapaknya berubah pikiran.”
Penjaga rumah:” Gimana neng?”
Maria:” Baik pak kami mau.”

Sebelum masuk ke dalam rumah penjaga memberi tahu bahwa ada 3 kamar dan yang satu tidak boleh dibuka. Setelah memberitahukan penjaga rumah menemani Ranti, Maria, dan Rio masuk ke dalam rumah dan menunjukkan satu kamar yang tidak boleh dibuka.

Penjaga rumah:” Saya tinggal dulu ya neng. Selamat ber istirahat.”
Ranti: mengambil uang dari dompet ” ini pak uangnya.’
Penjaga rumah:” makasih neng.”
Ranti:” sama-sama pak.”

Ranti dan Maria masuk ke dalam kamar samping kanan ruang tamu sedangkan Rio di kamar sebelah kiri. Jam menunjukkan pukul 18.00 Ranti dan Maria bergantian untuk mandi. Setelah mandi Ranti dan Maria membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Maria:” Ran, kok aku penasaran ya sama kamar yang di tengah, knp kok GK boleh ada yang masuk?”
Ranti:” enggak tau juga.”
Maria: “pas malem Jumat besok gua mau coba masuk ke kamar itu, sapa tau dapat harta Karun.” (Sambil tertawa)
Ranti:” Udah deha jangan aneh-aneh, gak usah melanggar aturan nanti malah kenapa-kenapa malah jadi repot.”

Tok tok tok suara pintu kamar di ketuk dari luar.

Rio:” Woy enggak pada laper apa?”
Maria:” Iya sabar.

Maria dan Ranti keluar kamar sembari membawa 3 bungkus mie instan dan 3 butir telur. Kemudian mereka bertiga pergi ke dapur dan memasak mienya. Setelah matang mereka makan di ruang tamu sembari melihat ke arah kamar tengah yang kosong dan tidak boleh di masuki oleh mereka ber tiga. Setelah makan mereka masuk ke dalam kamarnya masing-masing dan melanjutkan tidurnya.

Sekitar pukul 05.00 Ranti bangun dan mandi setelah mandi ia membangunkan Maria dan juga Rio.

Maria:” yok yok jalan-jalan, dari kemarin kita cuma diem di rumah.”

Rio dan Ranti mulai keluar rumah mengikuti Maria yang sudah duluan keluar rumah. Mereka kagum melihat betapa indahnya desa mekar sari dengan pemandnagan gunung dan tumbuhan hijau yang ada di setiap jalan.
Di setiap perjalanan ia bertemu dengan warga sekitar. Warga sekitar terlihat sangat ramah di lihat dari caranya menyapa Rio, Ranti, dan Maria.
Setelah hampir 5 jam mengelilingi kampung Rio melihat ada suatu air terjun kecil yang berada di dekat pegunungan, tanpa berpikir panjang Rio mengajak Ranti dan Maria untuk menuju ke air terjun tersebut.

Rio:” Wih keren banget nih, ini enggak akan gua temui di Jakarta.”
Maria:” Asik banget nih, yok berenang di sini.”
Rio:” Eh eh jangan macam-macem deh kita kan GK bawa baju ganti nanti malah sakit kan repot. Nikmatin aja dari sini enggak perlu nyebur.”
Maria:” duduk sini woy pemandnaganya bagus banget.” ( Sembari menunjuk ke tempat yang akan di duduki)
Akhirnya mereka duduk sembari menikmati pemandangan yang ada di sekitar air terjun dan tak lupa mereka berfoto-foto untuk di jadikan dokumentasi.

Rio:” Ayok balik, ini dah mau magrib.”
Ranti:” Ayok kalau kemaleman nanti bingung baliknya.”

Mereka melanjutkan perjalanan dan tibalah di rumah penginapan sekitar pukul 20.00. Setelah tiba di penginapan mereka langsung bersih-bersih dan mulai untuk makan malam.
Di ruang makan Maria masih penasaran dengan kamar tengah. Iya terus memandangi kamar tersebut dan terbesit pikiran untuk memasuki kamar tersebut nanti malam tepatnya hari kamis malam pukul 12 malam.

Setelah makan Rio kembali ke kamar begitu juga Ranti dan Maria. Pada pukul 21.00 Ranti sudah tidur sedangkan Maria masih memikirkan tentang kamar tersebut. Tanpa di ketahui oleh Ranti dan Rio Maria pergi ke kamar tersebut tepat pada pukul 00.00 malam. Maria mencari kunci kamar tersebut setelah ketemua ia langsung membukanya. Maria terkejut karena melihat begitu banyaknya kebaya yang ada di kamar tersebut. Kebayanya sangat bagus-bagus dan terlihat antik. Maria tertarik untuk memakainya. Kemudian Maria memilih satu kebaya yang berwarna hitam dengan burdiran yang sangat mewah. Maria memakai kebaya tersebut. Tak lama setelah Maria memakai kebaya tersebut ia merasa badannya panas seakan-akan tersiram oleh air mendidih. Maria teriak dan terdengar oleh Ranti dan juga Rio.
Setelah mendengar terikaan Maria Ranti lari menuju sumber suara dan diikuti oleh Rio. Mereka kaget karena Maria berada di kamar tengah yang mana kamar tersebut dilarang untuk dimasuki.

Ranti:” kamu ngapain di sini? Kenapa kamu pakek kebaya itu?”
Maria:” Lepasin kebaya ini dari badan gua. Gua gak tahan rasanya kayak terbakar.” (Sembari menangis)
Rio dan Ranti berusaha melepaskan kebaya tersebut dari tubuh Maria. Namun usahanya sia-sia kebaya tersebut masih menempel di badan Maria. Semakin lama badan Maria semakin panas dan begitu terkejutnya mereka karena kulit Maria mulai mengelupas bagai sisik ular.

Maria:” panas tubuhku panas, tolong tolong gua
Mereka panik dan akhirnya Ranti menyuruh Rio untuk mencari penjaga rumah penginapan ini.

Ranti: ” Rio cepetan kamu cari bapak-bapak penjaga rumah ini, kasian Maria kesakitan, cepat Yo cepat.”

Tanpa sepatah kata pun Rio langsung berlari kesana kemari mencari penjaga rumah. Stelah hampir 30 menet akhirnya ia menemukan penjaga rumah tersebut.

Penjaga rumah: ” Ada apa mas tengah malem gini lari-larian.”
Rio:” Alhamdulillah saya bertemu dengan bapak. Sudah hampir gila saya mencari bapak namun tidak Ketemu juga.”
Penjaga rumah:” ada apa mas?”
Rio:” tolong teman saya pak. Tubuh Maria kepanasan dan mengelupas seperti kulit ular.”
Penjaga rumah:( dengan nada marah)” Pasti kalian masuk ke dalam kamar itu kan, kan sudah saya bilang kalau jangan sampai ada yang masuk.”
Rio:” maafkan kami pak. Ayo pak kita temui temen saya. Kami mohon pak.”
Penjaga rumah:” ya sudah ayo.”
Rio dan penjaga rumah sudah sampai. Penjaga rumah langsung menghampiri Maria yang berada di kamar tengah.

Maria:” tolong saya pak, rasanya panas banget tolong.”
Penjaga rumah:” sudah saya ingatkan jangan pernah masuk ke dalam kamar ini apalagi sampai memakai kebaya. Kebaya ini milik sesepuh desa ini tidak boleh ada yang memakainya. Kenapa mbk ngeyel.”
Maria:” maaf kan saya pak maafka.’
Ranti:” pak tolong bantu teman saya, kasian dia kepanasan dan kulitnya mengelupas seperti kulit ular.”
Penjaga rumah:” saya hanya bisa melepaskan kebayaknya saja mbk, kalau masalah kulit yang mengelupas saya tidak menjamin bakal kembali lagi.”
Maria: “tolong pak tolong, saya sudah tidak kuat.”
Penjaga rumah menyuruh Rio dan Ranti untuk mencari bunga Wijaya Kusuma. Bunga Wijaya Kusuma tersebut hanya ada di air terjun yang berada di bawah gunung. Rio dan Ranti bergegas menuju ke air terjun dan membawa bunga itu pulang ke penginapan.

Rio:” Ini pak bunganya.”
Penjaga rumah:” Tolong seduh bunga ini kemudian tuang airnya ke dalam gelas dan tambahkan sedikit garam.”

Ranti menuju ke dapur untuk menyeduh Bunya wijaya Kusuma. Setelah itu Ranti membawa hasil seduhan tersebut menuju ke kamar tenga.
Ranti:” Ini pak airnya.”
Penjaga rumah:”minumkan.”
Ranti:” Baik pak.”

Setelah meminum seduhan bunga Wijaya Kusuma badan Maria sudah tidak terlalu panas dan akhirnya kebaya yang dipakai Maria terlepas. Namun sangat disayangkan tubuh Maria tetap mengelupas dan tidak dapat sembuh. Ranti dan rio menangis setelah melihat kondisi Maria.

Setelah kejadian tersebut Rantia Maria dan Rio memutuskan untuk balik ke Jakarta untuk mengobati Maria. Mereka berharap kulit Maria bisa kembali seperti semula.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga
Close
Back to top button