ArtikelEsai

Keistimewaan Anak yang Lahir Malam Jumat Kliwon

Kabartemanggung.com – Masyarakat Jawa masih percaya dengan keistemewaan weton dalam kelahiran anak. Dalam pasaran tanggalan lahir dibagi menjadi empat yaitu pon, kliwon, wage,legi, dan phaing. Weton-weton tersebut saling berhubungan dengan hari-hari dari mulai senin sampai dengan minggu.Selain itu, dari setiap weton tersebut juga memiliki angka yang mana dipercayai dapat menentukan nasib dari seseorang.

Dari setiap weton tersebut dipercayai memiliki keistimewaan sendiri-sendiri. Terutama yang sering dibicarakan yaitu anak yang lahir di malam Jumat Kliwon. Jumat sendiri merupakan hari yang baik dalam islam sedangakn kliwon juga merupakan pasaran suci bagi masyarakat Jawa. Kedua gabungan tersebut memiliki kesatuan yang pas dari hal baik bertemu dengan hal yang baik. Maka dari situlah, masyarakat Jawa menyakini bahwa weton Jumat Kliwon merupakan weton yang sakral dan juga agung.

Anak yang lahir di Jumat Kliwon menurut primbon Jawa biasanya memiliki sifat yang baik, ramah, rendah hati, dan berwibawa. Namun, weton ini juga memiliki beberapa kejelekan terutama dalam hal mengendalikan emosi. Dalam prinbon Jawa weton Jumat Kliwon inii cenderung mudah marah dan susah dalam mengendalikan emosinya sehingga terkesan kasar.

Dari segi jodoh menurut perhitungan Jawa anak yang lahir di Jumat Kliwon berjodoh dengan anak yang neptunya 15 atau 10. Jika mendapat jodoh sesuai dengan perhitungan, menurut hitung-hitungan Jawa akan berjodoh.

Menurut kepercayaan orang Jawa apabila berjodoh dan sampai menikah maka rumah tangganya akan bahagia, makmur,dan sejahtera.

Sebagai orang yang pemarah anak yang lahir di hari Jumat Kliwon ini cenderung susah diatur, tidak memiliki pendirian, dan sering malas-malasan. Hal ini, menjadikan anak yang lahir di Jumat Kliwon menurut primbon Jawa kurang beruntung dari segi Rezeki.

Dari semua yang sudah dijelaskan tersebut tidak menjadi patokan bagi seluruh anak yang memiliki weton Jumat Kliwon. Cerita ini hanya sekedar perkiraan dan tidak semua harus diterima dengan mentah-mentah. Maka dari itu, semua nasib, karakter, dan juga sifat dapat dirubah sesuai dengan kemauan diri sendiri. Hal ini karena, hidup yang kita jalani akan bergantung dengan bagaimana cara kita dalam melewati dan menyelesaikan semua persoalan. (KT44/Masrurotul Fuadah).

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button