Kerupuk Dalepok: Kenangan Gurih dari Tukang Barang Bekas

Oleh Miftakhur Rosidah

Kerupuk dalepok menjadi salah satu simbol nostalgia masa kecil yang tak terlupakan bagi banyak orang di kampung-kampung. Dahulu, kerupuk ini dibawa oleh kakek-kakek penjual barang bekas yang berkeliling dari rumah ke rumah. Mereka biasanya membawa gendongan berisi berbagai barang dagangan, mulai dari mainan bekas, alat rumah tangga, hingga kerupuk dalepok yang menjadi favorit anak-anak. Suara khas mereka saat memanggil warga pun masih terngiang hingga kini.

Yang membuat kerupuk dalepok begitu istimewa bukan hanya soal rasanya, tetapi juga cara mendapatkannya. Anak-anak dulu rela mengumpulkan botol bekas, kardus, atau majalah lama hanya untuk bisa menukar dengan segenggam kerupuk dalepok. Sensasi menukar barang bekas dengan jajanan membuat momen ini terasa sangat menyenangkan. Ada kebanggaan tersendiri saat berhasil membawa pulang beberapa potong kerupuk gurih hasil usaha sendiri.

Rasa kerupuk dalepok pun tak kalah menggoda. Gurihnya pas, teksturnya renyah, dan aromanya sangat khas. Bentuknya yang tebal dan berwarna kecokelatan dengan taburan sedikit garam membuat siapa pun yang mencicipi pasti ingin menambah. Kerupuk ini cocok dimakan langsung begitu saja atau dicocol dengan sambal buatan ibu di rumah. Tak heran jika dulu anak-anak selalu menanti-nanti kedatangan si kakek penjual barang bekas ini.

Selain rasa yang enak, kerupuk dalepok juga menyimpan nilai sosial yang tinggi. Proses barter dengan barang bekas memberikan edukasi sederhana tentang pentingnya daur ulang dan menghargai barang yang dianggap tak terpakai. Anak-anak jadi lebih kreatif mengumpulkan barang bekas daripada membuangnya begitu saja. Secara tidak langsung, pertukaran ini juga membantu perekonomian si penjual.

Seiring berjalannya waktu, kerupuk dalepok mulai jarang ditemui. Kegiatan barter dengan barang bekas pun perlahan menghilang seiring perubahan gaya hidup masyarakat. Kini, di era modern, kerupuk ini justru kembali hadir dengan nama baru yang unik, yaitu “kerupuk tayamum.” Nama ini muncul karena bentuk dan warna kerupuk yang mirip dengan tanah, serta sering dikaitkan dengan aktivitas tayamum dalam agama Islam.

Meski namanya berubah, cita rasa kerupuk tayamum tetap mengingatkan siapa pun pada masa kecil mereka yang penuh warna. Banyak orang dewasa kini sengaja mencari kerupuk ini di pasar tradisional atau toko oleh-oleh, hanya untuk bernostalgia dengan rasa gurih yang dulu menemani hari-hari bermain. Bahkan, beberapa penjual mulai mengemas kerupuk tayamum dalam bentuk yang lebih modern agar tetap diminati generasi sekarang.

Perubahan nama dari kerupuk dalepok menjadi kerupuk tayamum menunjukkan bagaimana tradisi kuliner rakyat bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. Hal ini juga menjadi bukti bahwa rasa enak tidak pernah lekang oleh waktu. Sekalipun bentuk pemasaran dan cara penjualannya berubah, kerupuk ini tetap menjadi primadona bagi pecinta camilan tradisional.

Kerupuk dalepok atau kerupuk tayamum bukan hanya sekadar jajanan. Ia adalah bagian dari cerita hidup banyak orang, tentang masa kecil yang sederhana namun penuh makna. Momen menukar barang bekas dengan kerupuk, rasa gurih yang khas, dan kenangan akan si kakek penjual, semua itu menjadi warisan nostalgia yang patut dikenang dan dilestarikan.

Exit mobile version