Kisah Kelam Kampung Tulung, Tragedi Gugurnya 42 Pejuang Kemerdekaan

Oleh: Dewi Puji Lestari

Kabartemanggung.com – Magelang, kota dengan segala cerita dan tiap sudutnya menyimpan saksi sejarah kemerdekaan Indonesia. Salah satunya ialah Kampung Tulung. Kampung yang terletak di dekat Sungai Progo dan perbatasan antara Kota Magelang dengan Kabupaten Magelang ini menyimpan banyak kenangan pahit akan perjuangan para pejuang kemerdekaan.
Kampung Tulung menjadi saksi peristiwa pembantaian warga pribumi oleh tantara Jepang. Peristiwa itu dipicu oleh informasi Inggris yang memicu kemarahan Jepang karena dikabarkan bahwa pasukan tantara Jepang dibunuh oleh pejuang Indonesia yang ada di Magelang.

Peristiwa pembantaian di Kampung Tulung terjadi pada 28 Oktober 1945 yang diawali dengan datangnya bantuan pasukan Jepang yang bermarkas di Jatingaleh, Semarang sebanyak tujuh truk datang di Magelang. Pasukan tersebut dinamakan tentara Kido Butai. Kelompok pasukan itu dibagi menjadi dua untuk melakukan penyerangan dari berbagai arah di wilayah Magelang. Kelompok satu berangkat menyusuri jalur barat lalu menuju ke arah selatan (kota), dan kelompok lainnya menuju ke Kampung Tulung menyusuri Kalibening. Kelompok kedua inilah yang menargetkan dapur umum sekaligus markas Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berada di rumah pemimpin Kampung Tulung kala itu, yaitu Lurah Atmo Pawiro.

Tiba di Kampung Tulung, tantara Jepang dengan ganas menyerang warga yang sedang beraktivitas, serta pejuang yang sedang diobati. Akibat serangan mendadak itu, sebanyak 42 orang yang terdiri dari 16 warga dari Kampung Tulung dan Kampung Dukuh (kampung yang letaknya di sebelah Kampung Tulung) yaitu, Sopawiro, Lusi, Re Doeradjat, Atmoroto, Moechamad, Karso Pawiro, Safi’I, Imam Sjamsuri, Amat Dasinan, Karto Lichin Soemardjo, Seto, Aladin, dan Roesmin, serta 26 anggota dari markas BKR yang tidak teridentifikasi namanya.

Awalnya, para jenazah disemayamkan di halaman rumah Lurah Atmo Pawiro yang bernama Nyonya Suroyo. Sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan mereka membela bangsa, jasad para pejuang diindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giriloyo Magelang. Dan untuk mengenang jasa mereka dibuatkanlah sebuah Monumen Perjuangan Republik Indonesia di Kampung Tulung.

Exit mobile version