Kopi Bubuk Sidoharjo Berkilau: Mahasiswa KKN UNDIP Bantu Pengusaha Hitung Harga Pokok Produksi
Kabartemanggung.com, Sidoharjo, 2 Agustus 2024 – Usaha kopi bubuk di Desa Sidoharjo mendapat angin segar dengan diadakannya program pelatihan dan pendampingan khusus tentang perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP). Program yang berlangsung selama empat hari ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk kopi lokal, yang selama ini menjadi salah satu komoditas andalan desa.
Pelatihan ini diikuti oleh sekitar 4 pelaku usaha kopi bubuk dari berbagai dusun di Desa Sidoharjo. Mereka antusias mengikuti setiap sesi yang dipandu oleh Aini Zahra Dwilatifa selaku Mahasiswa KKN TIM II Universitas Diponegoro. Materi yang disampaikan meliputi konsep dasar HPP, komponen-komponen biaya yang harus diperhitungkan, serta teknik praktis untuk menghitung HPP secara akurat.
“Selama ini saya hanya memperkirakan biaya produksi tanpa benar-benar memahami komponen biaya yang harus dihitung,” ungkap Pak Ikhsan, salah satu peserta pelatihan. “Dengan adanya pelatihan ini, saya jadi lebih paham cara menghitung HPP yang benar, sehingga harga jual produk kami bisa lebih kompetitif.”
Tak hanya teori, program ini juga dilengkapi dengan pendampingan langsung di lapangan. Aini, selaku mahasiswa KKN mengunjungi tempat produksi para pengusaha kopi untuk memberikan bimbingan teknis terkait cara menghitung HPP berdasarkan kondisi nyata di lapangan. Dalam sesi pendampingan ini, peserta diajarkan untuk mencatat setiap komponen biaya secara rinci, mulai dari biaya bahan baku, tenaga kerja, hingga biaya operasional lainnya.
“Pendampingan ini sangat membantu saya untuk lebih teliti dalam mencatat dan menghitung biaya produksi,” kata Pak Sujimin, yang menjadi pelopor usaha Kopi Bubuk di Desa Sidoharjo. “Dengan cara ini, saya bisa menekan biaya yang tidak perlu dan meningkatkan efisiensi.”
Adanya pelatihan dan pendampingan ini, diharapkan para pengusaha kopi bubuk di Desa Sidoharjo dapat meningkatkan kualitas produk mereka. Dengan perhitungan HPP yang akurat, mereka bisa menentukan harga jual yang lebih kompetitif tanpa mengorbankan kualitas. Hal ini juga diharapkan dapat membuka peluang pasar yang lebih luas, baik di tingkat lokal maupun regional.
Meskipun program ini berjalan dengan baik, masih terdapat beberapa tantangan, terutama pada pengusaha lanjut usia yang mengubah pola pikir dan beradaptasi dengan teknologi. Namun, dengan semangat dan komitmen yang tinggi, para pengusaha optimis dapat mengatasi tantangan tersebut dan membawa bisnis kopi bubuk mereka ke tingkat yang lebih tinggi. Program pelatihan dan pendampingan ini tidak hanya membawa ilmu baru, namun juga memberikan kepercayaan diri para pengusaha kopi untuk terus berkembang dan berinovasi. (Kt11).