Kue Kemplang Gula: Jejak Manis Tradisi dalam Gigitan

Oleh : Tri Nadya Septiyaningrum

Di tengah derasnya arus modernisasi yang membawa aneka kuliner kekinian, kue kemplang gula tetap berdiri tegak sebagai salah satu warisan kuliner tradisional yang tak lekang oleh waktu. Bentuknya yang sederhana, dibalut gula putih yang tampak berdebu, menyembunyikan rasa khas yang dalam manis, legit, dan menyimpan kenangan masa kecil di setiap gigitannya.

Kue kemplang gula adalah penganan tradisional khas beberapa daerah di Indonesia, terutama dikenal di wilayah Jawa. Kue ini biasanya dibuat dari bahan dasar ketan hitam, parutan kelapa, dan gula pasir atau gula kelapa. Setelah adonan dibentuk dan dikukus, kue ini dibalur dengan gula halus yang menciptakan tampilan kontras antara warna hitam pekat dan taburan putih yang menggoda. Teksturnya kenyal dan lembut, dengan rasa manis yang tidak berlebihan, membuatnya cocok dinikmati berbagai kalangan dan usia.

Lebih dari sekadar makanan ringan, kue kemplang adalah bagian dari identitas budaya masyarakat. Ia sering hadir dalam momen-momen keluarga, hari raya, atau bahkan sebagai bekal perjalanan. Bagi sebagian orang, kue ini adalah pengingat akan masa lalu tentang nenek yang membuatnya di dapur kayu, tentang aroma kukusan yang memenuhi rumah, atau tentang jajanan pasar yang kini mulai langka ditemukan.

Sayangnya, popularitas kue kemplang gula hitam mulai tersisih oleh hadirnya jajanan modern yang lebih instan dan praktis. Anak-anak kini lebih akrab dengan camilan bermerek daripada kue tradisional buatan rumahan. Oleh karena itu, menjaga eksistensi kue kemplang berarti juga menjaga bagian dari identitas dan kekayaan budaya kita. Salah satu upayanya adalah dengan terus mengenalkan dan menghidangkannya di berbagai kesempatan, bahkan mengkreasikannya agar lebih menarik minat generasi muda tanpa menghilangkan esensi tradisinya.

Kue kemplang gula hitam bukan sekadar camilan, melainkan simbol ketekunan, kesederhanaan, dan cinta dalam proses pembuatannya. Ia adalah jembatan antara masa lalu dan masa kini sebuah jejak manis tradisi dalam gigitan lembut yang layak kita rawat dan teruskan.

Exit mobile version