
Oleh: Futimatul Islamiyah
Di sebuah kota kecil yang indah, ada sebuah toko yang selalu sepi. Pemiliknya, Pak Arman, adalah pria tua yang lebih banyak menghabiskan waktu menatap langit melalui jendela toko daripada melayani pembeli. Setiap sore, ia membuka tirai kaca besar yang membatasi toko dengan dunia luar, membiarkan cahaya masuk dan memantulkan bayangan langit jingga yang cerah.
Suatu hari, seorang gadis kecil bernama Laila masuk ke toko itu. Matanya yang penuh rasa ingin tahu langsung tertuju pada sebuah kaca besar yang berbeda dari yang lain. Kaca itu tampak biasa, tapi ketika Laila menempelkan wajahnya, ia melihat bukan pantulan dirinya, melainkan sebuah langit yang tak pernah ia lihat sebelumnya langit dengan warna-warna yang awan yang bergerak perlahan.
Pak Arman tersenyum melihat kekaguman Laila. Ia pun bercerita bahwa kaca itu bukan kaca biasa, melainkan jendela ke dunia lain yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang benar-benar ingin bermimpi. “Langit di balik kaca itu adalah tempat di mana harapan dan kenangan bertemu,” katanya pelan.
Laila mulai datang setiap hari, duduk di depan kaca itu dan membayangkan dirinya terbang bebas di antara bintang. Ia merasa seolah-olah dunia di balik kaca itu adalah pelarian dari segala kesedihan yang kadang ia rasakan di rumah. Pak Arman memberinya sebuah buku tua, berisi cerita-cerita tentang langit-langit ajaib yang tersembunyi di berbagai tempat di dunia.
Suatu sore, ketika langit di balik kaca berubah menjadi warna jingga keemasan, Laila bertanya, “Pak Arman, apakah aku bisa masuk ke dunia itu?” Pak Arman mengangguk, lalu berkata, “Jika kamu percaya dan berani melangkah, kamu bisa menemukan jalanmu sendiri.”
Malam itu, Laila bermimpi bahwa ia melangkah melewati kaca dan terbang di langit yang luas penuh warna. Ia bertemu dengan makhluk-makhluk aneh dan teman-teman baru yang mengajarinya arti keberanian dan kebebasan. Ketika terbangun, ia merasa lebih kuat dan lebih berani menghadapi dunia nyata.
Hari-hari berlalu, dan Laila mulai membawa teman-temannya ke toko Pak Arman. Mereka semua terpukau dengan kaca ajaib itu, dan toko yang dulu sepi kini dipenuhi tawa dan cerita. Pak Arman merasa bahagia, karena ia tahu bahwa langit di balik kaca itu bukan hanya miliknya, tapi milik semua yang ingin bermimpi.
Pada akhirnya, kaca itu mengajarkan mereka bahwa dunia ini penuh dengan kemungkinan yang tak terlihat, dan kadang yang kita butuhkan hanyalah keberanian untuk melihat lebih jauh dari apa yang tampak di depan mata. Langit di balik kaca bukan hanya sebuah ilusi, tapi sebuah pengingat bahwa mimpi bisa membawa kita ke tempat yang lebih indah.
Pak Arman menutup tirai kaca itu untuk malam terakhir, tersenyum pada Laila dan teman-temannya. “Jangan pernah berhenti bermimpi,” katanya. Dan di balik kaca, langit terus berubah warna, menunggu jiwa-jiwa pemberani berikutnya yang siap menjelajahinya.