Oleh Riska Meliyana
Musik telah menjadi elemen yang sangat akrab dalam kehidupan manusia. Para ahli mengatakan bahwa musik telah menyelinap dalam kehidupan manusia sejak zaman prasejarah, sebelum akhirnya menyebar ke berbagai belahan dunia. Musik merupakan ekspresi universal dari perasaan, pengalaman, dan budaya manusia yang telah berlangsung sepanjang sejarah manusia.
Di era digital saat ini, musik merupakan salah-satu hal yang terus berkembang dan paling mudah diakses. Melalui perangkat pintar yang telah menjadi bagian integral dalam kehidupan, kita dapat membawa melodi dari berbagai belahan dunia ke dalam saku kita. Kini musik tidak hanya digunakan sebagai melodi pengiring, beberapa dari kita mendengarkan musik untuk mengatasi kebosanan hingga mengembalikan fokus saat belajar maupun bekerja. Seringkali kita menggunakan musik untuk menciptakan oase keceriaan yang menyegarkan di tengah padatnya kegiatan sehari-hari. Ketika kita merasa tertekan oleh tugas-tugas kuliah yang menumpuk, deadline pekerjaan, tugas-tugas harian maupun tantangan hidup lainnya, musik hadir sebagai sarana positif yang mampu mengubah suasana hati kita.
Sebagai akibatnya, banyak orang di era ini menjadikan musik sebagai sahabat setia dalam berbagai aktivitas sehari-hari mereka. Musik menjadi teman ketika memasak, bersih-bersih rumah, bersantai, bahkan sebagai sarana pengantar tidur. Orang-orang mencari cara untuk mengoptimalkan pengalaman mereka dengan musik, terutama dalam dunia kerja yang penuh dengan persaingan, meningkatkan suasana hati, atau bahkan membantu dalam pengelolaan emosi yang kompleks. Banyak juga yang memanfaatkan musik untuk meningkatkan konsentrasi saat belajar atau bekerja.
Namun, seringkali musik hanya dianggap sebagai latar belakang yang menyenangkan, dan terkadang orang tidak menyadari bahwa musik tersebut memiliki potensi untuk memicu perubahan emosional yang signifikan. Terkadang pula, kita bahkan tidak menyadari bahwa sesaat setelah mendengarkan musik kita mengalami perubahan suasan hati yang drastis, entah itu menjadi lebih sedih atau lebih bersemangat. Pertanyaan yang muncul adalah benarkah musik mempengaruhi emosi dan produktivitas?
Musik memiliki tiga elemen yang berupa ketukan, ritme dan harmoni yang memiliki potensi untuk memengaruhi jiwa dan pikiran walaupun kita mendengarkannya tanpa sengaja. Seperti ketukan yang mempengaruhi tubuh kita, kadang tanpa sadar kita ikut menari saat tidak sengaja mendengarkan suatu alunan lagu. Atau karena pengaruh ritme, kita menjadi sedih ketika mendengarkan musik yang mendayu-dayu. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa setiap kali kita mendengarkan musik, otak kita akan dipengaruhi olehnya. Seperti yang berusaha dijelaskan Argstatter (2016), dalam penelitiannya bahwa enam emosi dasar, yaitu kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, rasa jijik, kemarahan, dan kejutan, dapat dipahami atau dirasakan melalui stimulus yang disampaikan dalam bentuk musik.
Selain itu, ketika kita mendengarkan musik yang sesuai saat bekerja, suasana hati kita menjadi terpengaruh, hingga tanpa kita sadari itu membantu kita meningkatkan fokus dan konsentrasi, merangsang motivasi, dan meningkatkan produktivitas. Musik juga dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman dan memungkinkan individu untuk bekerja lebih efektif dan efisien. Seperti penelitian terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh Fatrias (2010), yang mengungkapkan bahwa musik favorit meningkatkan produktivitas hingga 22,7% dan musik lunak sebesar 16,65%. Dalam hal ini musik dapat dikatakan sebagai stimulus yang merangsang semangat sehingga pekerja menjadi lebih antusias dalam melakukan pekerjaannya.
Namun, beberapa orang memiliki pengalaman yang berbeda terhadap musik yang mereka dengar. Beberapa orang juga merasa terdistraksi atau bahkan mengalami peningkatan stres karena kesedihan yang berlarut-larut ketika mendengarkan musik, yang pada akhirnya dapat mengganggu produktivitas mereka. Mengapa hal ini terjadi?
Fenomena ini terjadi karena tak jarang orang mendengarkan musik tanpa menyadari pengaruhnya, yang dapat mengakibatkan penggunaan yang kurang tepat. Kurangnya kesadaran tentang bagaimana musik dapat memengaruhi suasana hati dan produktivitas dapat mengarah pada kegagalan dalam penggunaannya, seperti mendengarkan musik yang mengganggu saat bekerja atau merasa terjebak dalam pola mendengarkan musik yang kurang bermanfaat untuk kesejahteraan emosional.
Ada banyak sekali faktor yang memengaruhi fenomena ini. Pertama, beberapa orang mungkin kesulitan dalam mengaitkan jenis musik yang mereka dengarkan dengan perasaan yang mereka alami saat mendengarkannya. Preferensi musik sangat bervariasi dari individu ke individu, dan jenis musik yang memengaruhi emosi dan produktivitas seseorang dapat sangat berbeda dari orang lain. Kedua, konteks penggunaan yang berbeda. Musik yang cocok untuk relaksasi mungkin tidak tepat untuk bekerja atau belajar yang memerlukan konsentrasi tinggi. Ketiga, kesesuaian jenis musik. penting untuk mengetahui jenis musik yang dapat meningkatkan produktivitas kita di tempat kerja atau belajar, serta jenis musik yang dapat membuat kita merasa nyaman saat kita tertekan atau cemas. Hal ini sejalan dengan pendapat Zentner, et al. (2008), yang mengatakan bahwa tidak semua individu merespon musik dengan cara yang sama, sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa pengaruh musik terhadap emosi adalah mutlak. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, seperti karakter musik, preferensi pendengar, karakter penyajian, dan konteks dimana dan kapan musik itu didengarkan.
Oleh karena itu, untuk memaksimalkan manfaat musik terhadap emosi dan produktivitas perlu adanya pemahaman bahwa pengaruh musik sangat individual, dan kesadaran diri terhadap preferensi musik pribadi. Itu karena beberapa orang mungkin merasa bahwa musik klasik bisa sangat meningkatkan fokus mereka, sementara beberapa orang cenderung lebih menyukai musik pop yang ceria. Kita dapat mulai dengan mengenali genre musik yang memengaruhi suasana hati dan fokus kita, lalu membuat playlist yang sesuai dengan aktivitas harian, seperti belajar, bekerja, dan bersantai. Mencoba beberapa jenis musik juga dapat dilakukan untuk mengetahui mana genre yang paling sesuai untuk didengarkan. Selain itu, kita juga dapat mengatur volume musik sesuai dengan kebutuhan.
Dengan memahami hubungan antara musik, emosi, dan produktivitas, harapannya kita dapat memanfaatkan musik sebagai sarana yang efektif dalam menigkatkan kualitas hidup kita. Dengan mengetahui preferensi musik pribadi dan pengaruhnya, kita dapat menjaga suasana hati agar tetap positif, dan tau cara merangsang motivasi hingga meningkatkan produktivitas dalam kegiatan sehari-hari.
Sudahkah kamu mendengarkan musik yang sesuai?