Menjaga Api Tradisi di Tengah Arus Modernisasi

Oleh : Faizal Adyanto

Di tengah gelombang modernisasi dan digitalisasi yang mengguncang berbagai aspek kehidupan, kebudayaan menjadi satu-satunya akar yang mampu menambatkan identitas suatu bangsa agar tak tergerus zaman. Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya menghadapi tantangan besar: bagaimana mempertahankan warisan leluhur di tengah gempuran budaya global yang serba instan dan praktis.

Kebudayaan bukan hanya soal tarian tradisional, upacara adat, atau pakaian khas. Ia adalah cara pandang hidup, nilai, dan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Di desa-desa, kita masih bisa melihat kebudayaan hidup dalam bentuk gotong royong, penggunaan bahasa daerah, dan tradisi spiritual yang menyatu dengan alam. Namun, di kota-kota besar, kebudayaan lokal mulai memudar, tergantikan oleh budaya konsumtif dan individualistik.

Ironisnya, generasi muda yang seharusnya menjadi pewaris utama justru seringkali merasa asing dengan budayanya sendiri. Mereka lebih akrab dengan budaya populer luar negeri yang hadir lewat media sosial dan platform hiburan digital. Jika ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin identitas budaya bangsa akan luntur dan tercerabut dari akarnya.

Namun harapan masih ada. Banyak komunitas budaya, seniman lokal, hingga institusi pendidikan kini mulai giat menghidupkan kembali tradisi melalui festival budaya, pelatihan kesenian, dan dokumentasi warisan budaya takbenda. Bahkan di beberapa sekolah, pembelajaran budaya lokal mulai kembali diperkenalkan dalam kurikulum.

Kebudayaan tidak harus bersaing dengan kemajuan teknologi, tetapi bisa berkolaborasi. Misalnya, dengan mendigitalisasi naskah kuno, memproduksi konten budaya di platform digital, atau membuat film dokumenter tentang tradisi lokal. Inovasi adalah jembatan agar kebudayaan tetap hidup di tengah dunia yang terus berubah.

Sebagai bangsa besar, kita punya tanggung jawab bersama untuk menjaga api tradisi tetap menyala. Tidak harus menjadi seniman atau budayawan untuk ikut melestarikan budaya—cukup dengan mencintainya, mempelajarinya, dan meneruskannya pada generasi berikutnya. Karena kebudayaan adalah jati diri kita, cermin dari masa lalu, dan penuntun arah ke masa depan.

Exit mobile version