Oleh: Ghaida Mutmainnah
Di era media sosial, selfie bukan sekadar tren sesaat, tetapi sudah menjadi bagian dari keseharian digital. Di antara berbagai gaya selfie, dua yang paling umum adalah mirror selfie (selfie di depan cermin) dan no mirror selfie (selfie langsung menggunakan kamera depan). Pertanyaannya kemudian muncul: dari keduanya, mana yang benar-benar menunjukkan wajah asli kita?
Sebelum membahas teknis kamera, kita perlu memahami bahwa “wajah asli” adalah konsep yang lebih kompleks dari sekadar citra visual. Persepsi wajah kita sendiri terbentuk dari kebiasaan melihat bayangan di cermin. Otak kita terbiasa dengan versi “terbalik” dari wajah, karena cermin memantulkan sisi kiri menjadi kanan dan sebaliknya. Ketika kita melihat foto hasil no mirror selfie, sering kali muncul rasa aneh atau kurang familiar karena gambar yang kita lihat tidak sesuai dengan apa yang biasa kita lihat di cermin.
Secara teknis, mirror selfie menunjukkan bayangan terbalik dari kenyataan. Jika kamu mengenakan kaos dengan tulisan, tulisan itu akan tampak terbalik. Ini bukan representasi dunia seperti yang orang lain lihat saat mereka memandangmu. Sebaliknya, no mirror selfie (yang diambil langsung dengan kamera depan atau belakang tanpa cermin), lebih mendekati apa yang orang lain lihat karena hasil fotonya tidak terbalik—atau dapat dibalik otomatis oleh perangkat lunak.
Namun, kamera depan banyak smartphone juga menambahkan efek pemrosesan otomatis: memperhalus kulit, mengatur pencahayaan, bahkan memodifikasi proporsi wajah agar terlihat lebih “ideal.” Ini membuat hasil foto jadi lebih subjektif daripada objektif.
Jika kita bicara dari sudut pandang teknis dan orang lain, no mirror selfie lebih akurat karena tidak membalik gambar. Tapi dari sisi psikologis, mirror selfie justru lebih “asli” karena kita terbiasa dengan versi itulah yang kita kenal. Dalam konteks ini, keaslian bergantung pada perspektif: apakah kita ingin tahu bagaimana wajah kita di mata orang lain, atau bagaimana kita melihat diri sendiri.
Tidak ada jawaban tunggal tentang mana yang lebih “asli” antara mirror selfie dan no mirror selfie. Yang satu mencerminkan kebiasaan visual kita sendiri, yang lain merepresentasikan pandangan orang lain terhadap kita. Pada akhirnya, wajah asli bukan hanya soal simetri atau pixel, melainkan tentang bagaimana kita menerima dan mencintai diri kita sendiri terlepas dari sudut pandang mana pun.