Musim Panen Tiba, Jalan di Gesing Kandangan Disulap Jadi Tempat Jemur Kopi

Oleh : Indah Kurnia Sari

Temanggung 04 Juli 2025 – Setiap kali musim panen kopi datang, suasana di Gesing, sebuah desa di Kecamatan Kandangan, Temanggung, berubah drastis. Aroma khas kopi yang disangrai matahari menyambut siapa saja yang melintas. Jalan-jalan yang biasa dilalui kendaraan dan pejalan kaki perlahan-lahan disulap menjadi hamparan lebar berisi biji kopi yang dijemur. Di atas terpal warna-warni atau tikar anyaman, kopi-kopi hasil panen disusun rapi, mengubah wajah desa menjadi pemandangan yang unik dan penuh makna.

Fenomena ini bukan hal baru bagi warga Gesing. Sejak puluhan tahun lalu, menjemur kopi di jalan sudah menjadi bagian dari rutinitas musim panen. Bukan karena tidak ada tempat lain, tetapi karena jalan desa yang cukup lebar dan terbuka memberikan akses sinar matahari maksimal, sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam proses pengeringan biji kopi secara alami. Bagi masyarakat sini, jalan bukan sekadar infrastruktur; ia juga menjadi ruang produksi, tempat penghidupan, dan simbol gotong royong.

Musim panen kopi memang menjadi masa paling sibuk di Gesing. Hampir setiap keluarga memiliki kebun kopi, dan hasilnya menjadi tumpuan ekonomi utama. Namun lebih dari sekadar ekonomi, kopi telah menjadi identitas. Ada kebanggaan tersendiri saat melihat biji-biji kopi kering yang mengkilat, pertanda mutu yang baik. Beberapa keluarga bahkan mulai menjual hasil panen mereka langsung ke pembeli atau roaster lokal, tanpa perantara, sebagai bentuk usaha meningkatkan nilai jual.

Menariknya, pemandangan jemuran kopi ini justru menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa fotografer dan wisatawan lokal mulai berdatangan untuk mengabadikan momen langka ini. Jalan yang penuh jemuran kopi memberikan warna berbeda dari gambaran desa pada umumnya. Ia memperlihatkan bagaimana masyarakat hidup berdampingan dengan alam, memanfaatkan ruang dengan cara yang kreatif dan efisien.

Fenomena ini bisa dilihat sebagai cermin dari kemandirian desa dan semangat menjaga tradisi. Di tengah desakan teknologi dan industrialisasi, warga Gesing tetap setia pada metode pengeringan alami yang terbukti mampu menjaga kualitas kopi mereka. Jalan desa yang berubah fungsi sementara bukanlah simbol keterbelakangan, melainkan bukti adaptasi dan ketekunan yang layak diapresiasi

Ketika malam tiba dan jalan kembali bersih dari jemuran, yang tersisa adalah harapan. Harapan bahwa kopi-kopi yang telah mengering sempurna akan membawa rezeki yang cukup. Harapan bahwa musim panen berikutnya akan tetap bisa dirayakan dengan semangat yang sama. Dan harapan bahwa tradisi ini akan terus hidup, diwariskan dari generasi ke generasi, sebagai warisan rasa dan budaya yang tak tergantikan.

Di Gesing, kopi bukan sekadar minuman. Ia adalah kisah, kerja keras, dan kenangan yang menguap bersama embun pagi. Dan selama matahari masih terbit, jalan-jalan desa akan tetap menjadi halaman terbuka bagi biji-biji harapan itu untuk dijemur dan dirayakan.

Exit mobile version