Temanggungan

Paes Ageng Mliwis Wana: Pakaian Adat Temanggung yang Unik dan Klasik

Kabartemanggung.com – Mendengar kata Temanggung, pasti yang terlintas di pikiranmu adalah objek wisatanya yang asri, serta pemandangan pegunungan yang indah. Akan tetapi, selain objek wisata dan pemandangannya yang menakjubkan, Temanggung juga memiliki beragam kebudayaan yang unik dan masih di jaga keasliannya oleh masyarakat.

 

Pakaian adat Temanggung merupakan salah satu bagian dari kebudayaan masyarakat Temanggung yang memiliki keunikan tersendiri. Pakaian adat di Temanggung dikenal dengan nama Paes Ageng Mliwis Wana, yang yang terbagai menjadi tiga jenis. Agar kamu lebih mengenal kebudayaan Temanggung terutama pakaian adatnya, berikut 3 jenis pakaian adat Paes Ageng Mliwis Wana beserta penjelasannya:

1. Busana Kaneman
Busana kaneman adalah busana yang dirancang khusus untuk remaja. Busana ini terbagi menjadi dua jenis, yakni busana kaneman remaja putra dan busana kaneman remaja putri. Pada busana kaneman remaja putra, terdapat beberapa bagian utama, yakni iket-iketan, berupa kain berwarna hitam dengan ujung lancip di bagian kiri dan kanan yang dipakai di kepala, surjan polos berwarna hijau pupus yang digunakan sebagai atasan, jarik hitam polos dengan model rimpel (lipatan-lipatan kecil) miring sebagai bawahan, selop berwarna hitam atau coklat sebagai alas kaki, dan yang terakhir ada sabuk kopel berwarna hitam yang dikenakan di luar surjan.

Berbeda dengan busana kaneman remaja putra, busana kaneman remaja putri memiliki beberapa bagian, seperti sanggul tekuk yang melambangkan wanita belum menikah, kebaya kutu baru segitiga polos berwarna hijau pupus yang mencerminkan keanggunan, kesegaran, dan keastrian remaja. Bagian bawahnya menggunakan jarik hitam polos dengan lipatan di pinggir, dilengkapi dengan selop berwarna hitam atau hijau sebagai alas kaki. Selain itu, aksesoris yang digunakan terdiri atas sampur atau selendang berwarna kuning, bros, suweng atau anting-anting, dan kalung.

2. Busana Kawredan
Busana kawredan merupakan busana yang dipakai untuk orang dewasa. Busana ini terbagi menjadi dua jenis, yakni busana kawredan putra (kakung), dan busana kawredan wanita (setri). Pada busana kawredan putra, terdapat beberapa bagian utama seperti blangkon berwarna hitam, dan tidak memiliki bulatan di belakang. Atasan dan bawahan yang dikenakan terdiri dari beskap polos berwarna hijau tua dengan kancing lurus serta jarik bermotif khas Temanggungan. Untuk, alas kaki, digunakan selop atau cenela berwarna hitam polos, dilengkapi dengan aksesoris berupa bros yang dipasang di sebalah kanan beskap. Selain itu, busana kawredan putra juga dilengkapi dengan keris berwarna cokelat yang memiliki bentuk hampir menyerupai model solo.

Berbeda juga dengan busana kaneman remaja putra, busana kaneman remaja putri memiliki beberapa bagian, seperti sanggul model konde nasional yang menggambarkan bahwa wanita yang memakainya sudah menikah, lalu kebaya kutu baru dengan motif bunga yang berwarna hijau muda atau hijau tua yang digunakan sebagai atasan. Bawahan serta alasa kaki yang digunakan adalah jarik dengan motif Temanggungan dan selop berwarna hijau atau hitam. Selain itu, aksesoris yang digunakan berupa cunduk atau tusuk konde, bros, dan anting.

3. Busana Pengantin Paes Ageng Mliwis Wana
Busana pengantin paes ageng mliwis wana merupakan busana yang dipakai untuk pengantin. Busana ini terdiri dari dua jenis, yakni busana paes ageng mliwis wana putra dan busana paes ageng mliwis wana wanita. Busana paes ageng mliwis wana putra biasanya terdiri atas beberapa bagian utama, seperti blangkon berwarna hitam yang ditambah dengan aksesoris berupa bros pada bagian tengah, beskap berwarna hijau muda dengan motif bunga di sekitar kancing, jarik bermotif Temanggungan yang biasanya di pakai miring seperti paes ageng kraton Yogyakarta, selop berwarna hijau muda, dan keris berbentuk kecil dan lancip yang hampir menyerupai keris solo. Selain itu, beberapa aksesoris juga digunakan sebagai pelengkap, seperti kalung bunga melati, dan bros.

Berbeda dengan paes ageng mliwis wana putra, paes ageng mliwis wana wanita memiliki beberapa bagian utama, seperti sanggul tekuk, kebaya kartini atau brokat berwarna hijau dengan kamisol berwarna kuning yang digunakan sebagai atasan. Bawahan yang digunakan adalah jarik dengan motif Temanggungan yang dikenakan dengan menonjolkan garis pada bagian pinggirnya. Kemudiam, alas kaki yang digunakan adalah selop berwarna hijau muda yang memiliki hak tinggi. Selain itu, aksesoris yang digunakan pada busana paes ageng mliwis wana putri juga lebih banyak dan lengkap, yakni cunduk mentul berjumlah 5, melati rinonce, riasan paes, bros, kalung, cincin, dan anting.

Itulah sekilas penjelasan dari tiga jenis pakaian adat Temanggung Paes Ageng Mliwis Wana yang merupakan wujud nyata dari kearifan lokal masyarakat Temanggung. Pakaian adat Temanggung memiliki keunikan dengan pesona klasik yang diwariskan dari generasi ke generasi. Warisan ini tidak hanya mencerminkan identitas lokal, tetapi juga menjadi simbol kebanggan dan nilai-nilai budaya yang masih dipertahankan hingga kini. Hal itu membuktikan bahwa Temanggung tidak hanya kaya akan destinasi wisata dengan pemandangan yang menakjubkan, tapi juga kaya akan kebudayaannya. Oleh karena itu, Penting bagi generasi muda untuk mengenal dan terus melestarikan pakaian adat daerah untuk menjaga warisan budaya leluhur, dan memperkuat identitas serta kebanggaan terhadap kekayaan tradisi lokal.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button