
Oleh: Anisa Rejeki
Permainan tradisional merupakan bagian dari warisan budaya yang mencerminkan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal masyarakat. Salah satu permainan tradisional yang mulai terlupakan di kalangan generasi muda adalah gapyak. Permainan ini dulunya sangat populer di kalangan anak-anak, terutama di pedesaan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan teknologi, permainan tradisional seperti gapyak mulai ditinggalkan dan tergantikan oleh permainan modern berbasis digital.
Gapyak adalah permainan yang biasanya dimainkan oleh anak-anak dengan menggunakan bilah bambu atau kayu yang dipotong kecil. Permainan ini selain menyenangkan juga mengajarkan banyak nilai seperti ketelitian, strategi, sportivitas, serta kebersamaan. Sayangnya, saat ini hanya sedikit anak-anak yang mengenal permainan ini, apalagi memainkannya. Hal ini menunjukkan bahwa gapyak dan permainan tradisional lainnya semakin terpinggirkan dalam kehidupan anak-anak masa kini.
Mengapa pelestarian permainan tradisional seperti gapyak penting? Karena permainan tradisional bukan sekadar hiburan, melainkan juga sarana pendidikan karakter yang efektif. Melalui gapyak, anak-anak belajar mengendalikan emosi, menghargai lawan, bekerja sama, dan menjalin komunikasi yang sehat. Permainan ini juga mendekatkan anak pada alam dan lingkungan sekitar, karena umumnya dimainkan di halaman rumah, pekarangan, atau tanah lapang.
Jika permainan tradisional ini tidak dikenalkan dan dilestarikan, maka dikhawatirkan akan punah dan hanya menjadi bagian dari sejarah yang tertulis di buku. Padahal, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sangat penting untuk membentuk kepribadian anak-anak. Apalagi di tengah maraknya penggunaan gawai yang menyebabkan anak-anak menjadi pasif, individualis, dan kurang bersosialisasi.
Untuk melestarikan permainan gapyak, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, peran sekolah dan guru sangat penting. Sekolah bisa mengadakan kegiatan bermain permainan tradisional sebagai bagian dari pelajaran olahraga atau muatan lokal. Guru dapat mengenalkan dan membimbing siswa agar memahami aturan dan cara bermain gapyak, serta mengajarkan makna yang terkandung di dalamnya.
Kedua, peran orang tua juga tidak kalah pentingnya. Orang tua dapat mengenalkan permainan ini di rumah dan mengajak anak-anak untuk bermain bersama. Hal ini sekaligus menjadi waktu berkualitas antara orang tua dan anak, serta menjadi alternatif hiburan yang sehat dan mendidik.
Ketiga, melibatkan komunitas dan pemerintah desa. Pemerintah dapat menyelenggarakan festival permainan tradisional, lomba gapyak, atau membuat taman bermain khusus permainan tradisional. Kegiatan semacam ini dapat menumbuhkan kembali minat anak-anak terhadap permainan tradisional dan memperkuat identitas budaya lokal.
Pelestarian permainan tradisional seperti gapyak tidak hanya penting untuk menjaga warisan budaya, tetapi juga untuk mendukung tumbuh kembang anak secara sosial dan emosional. Melalui permainan ini, anak-anak belajar banyak hal yang tidak bisa mereka dapatkan hanya dengan bermain game digital.
Jika tidak dilakukan pelestarian sejak dini, maka generasi mendatang mungkin hanya akan mengenal gapyak sebagai cerita dari masa lalu. Maka dari itu, mari kita hidupkan kembali permainan tradisional ini agar anak-anak kita tumbuh dengan warisan budaya yang kuat, sehat secara fisik, dan cerdas secara sosial. Bukankah begitu?