ArtikelOpini

Permainan Tradisional, Warisan Desa yang Perlu Dijaga

Oleh Faizal Adyanto

Di tengah derasnya arus teknologi dan permainan digital, permainan tradisional dari desa perlahan mulai dilupakan. Padahal, permainan seperti gobak sodor, egrang, bentengan, hingga congklak bukan hanya hiburan semata, tetapi juga warisan budaya yang penuh makna. Kehilangan permainan ini sama saja dengan kehilangan bagian dari identitas bangsa.

Permainan tradisional desa memiliki nilai-nilai yang tak tergantikan. Anak-anak yang bermain bersama di lapangan terbuka belajar soal kerja sama, sportivitas, dan interaksi sosial yang alami. Tak ada layar, tak ada koneksi internet—hanya tawa, gerak tubuh, dan kebersamaan yang nyata. Di masa kecil banyak orang tua kita, permainan ini bukan hanya pengisi waktu, tapi juga sarana pembentukan karakter.

Selain nilai sosial, permainan tradisional juga membentuk keterampilan motorik dan kreativitas. Coba lihat anak-anak bermain egrang, misalnya. Dibutuhkan keseimbangan dan latihan untuk bisa berjalan di atas dua batang bambu. Atau congklak yang mengajarkan strategi dan perhitungan. Ini semua adalah bentuk pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membebani.

Sayangnya, permainan-permainan ini kini kalah pamor dari gawai dan game online. Anak-anak lebih betah duduk berjam-jam di depan layar ketimbang berlari di tanah lapang. Padahal, terlalu sering bermain gadget tanpa pengawasan bisa berdampak buruk bagi perkembangan fisik dan mental anak. Di sinilah pentingnya peran orang tua, sekolah, dan masyarakat desa untuk menghidupkan kembali permainan tradisional.

Membuat jadwal rutin bermain tradisional di sekolah, lomba permainan desa saat hari besar, atau mengenalkan permainan ini lewat kegiatan karang taruna bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar. Jika tidak kita mulai dari sekarang, generasi mendatang mungkin hanya akan mengenal permainan tradisional dari buku sejarah.

Permainan tradisional bukan sekadar hiburan masa lalu. Ia adalah identitas budaya, penguat karakter, dan jembatan kebersamaan yang layak kita pertahankan. Mari jaga warisan desa ini, sebelum benar-benar hilang dari ingatan.

-Penulis adalah mahasiswa Program Studi PGMI Inisnu Temanggung

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button