Podcast Prof Syamsul Maarif dan Prof Irfan Idris, Kaji Peran BNPT dan Tantangan Radikalisme
Semarang, Kabartemanggung.com – Pada hari Selasa, 23 Juli 2024, sebuah podcast yang menarik dan informatif diselenggarakan dengan menghadirkan Prof Syamsul Maarif dan Prof Irfan Idris sebagai narasumber. Acara ini dipandu oleh podcaster Tyo Prasetyo dan membahas berbagai isu penting terkait peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan tantangan radikalisme di era digital.
Dalam sesi diskusi, Prof Irfan Idris menjelaskan bahwa banyak masyarakat, termasuk anak-anak, yang masih bingung mengenai peran BNPT. “Anak-anak bertanya apa itu BNPT? yang nangkap teroris ya,” ujar Prof Irfan. Beliau menekankan bahwa BNPT memiliki berbagai perspektif dan tugas, termasuk koordinasi dengan penegak hukum seperti polisi, kejaksaan, dan pegawai lapas. Prof Irfan juga mengingatkan tentang bahaya radikalisme di media sosial, khususnya di kalangan generasi Z, dan pentingnya menggunakan platform seperti TikTok untuk mengkampanyekan perdamaian dan keberagaman.
Prof Syamsul Maarif menyoroti perkembangan teknologi yang pesat dan bagaimana FKPT di Jawa Tengah menyesuaikan diri dengan zaman. “Progresifitas adalah kunci, apalagi di Semarang banyak kultur-kultur yang menarik yang bisa menjadi modal untuk menciptakan kemajemukan,” kata Prof Syamsul. Namun, beliau juga menekankan bahwa anak-anak sekarang lebih mengenal TikTok dan tren joged daripada budaya lokal.
Dalam percakapan yang penuh humor dan makna, Prof Irfan menambahkan, “Budaya itu harus di-TikTok-kan!” sambil tertawa. Keduanya sepakat bahwa media sosial harus dimanfaatkan untuk menyebarkan nilai-nilai positif dan menghindari radikalisme.
Prof Irfan memberikan pesan penting agar anak-anak lebih selektif dalam menggunakan media sosial, mengingat adanya risiko paparan radikalisme dari teman-teman lama atau kenalan baru yang mengajak ke arah yang salah. “Anak muda memiliki semangat yang melangit namun mental masih tipis,” ujarnya.
Prof Syamsul menekankan bahwa pemuda adalah aset masa depan bangsa yang harus mempersiapkan diri dengan baik melalui literasi dan resiliensi. “Harus berpacu pada moderatisme, lembut, dan kontekstual. Yang tua harus merangkul yang muda, jangan sampai dirangkul oleh oknum yang membahayakan generasi bangsa,” tambahnya.
Podcast ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan memotivasi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih aktif dalam memerangi radikalisme dan mempromosikan nilai-nilai keberagaman serta moderatisme. (KT11).