
Oleh Faizal
1. Peluk yang Tak Kembali
Kita pernah duduk di bawah langit senja,
Berjanji pada semesta, tak akan saling lupa.
Langkah kita pernah seirama,
Dan malam menjadi saksi kala tubuh menyatu dalam percaya.
Tapi kini kau duduk di bangku sinema
Dengan tawa yang bukan untukku,
Dengan mata yang tak lagi memandang masa lalu,
Dengan dia yang bukan aku.
Namun bodohnya aku tetap menunggu,
Membayangkan kau kembali ke pelukanku,
Meskipun kenyataannya hanya luka yang bersuara,
Aku masih mencintaimu… seperti pertama kali kita bicara.
2. Di Ujung Hujan
Langit menangis di sore yang muram,
Langkahmu menjauh, tanpa pesan yang terang.
Aku menatap genangan di jalanan,
Seperti melihat kenangan perlahan tenggelam.
Aku ingin percaya bahwa kau akan kembali,
Membawa senyum dan peluk yang dulu pernah rapi.
Tapi hujan lebih jujur dari kata-katamu,
Ia turun saat langit tak bisa pura-pura biru.
3. Sajak untuk yang Tak Sempat
Aku menulis namamu di udara,
Di antara jeda napas dan doa.
Sajak ini bukan untukmu,
Tapi untuk cinta yang tak sempat tumbuh.
Kita terlalu sibuk berharap,
Tapi lupa mencintai saat masih utuh.
Kini hanya sepi yang menjawab,
Dan malam yang memeluk rindu yang lusuh.
4. Purnama Terakhir
Bulan purnama menyinari gelap yang dingin,
Seperti tatapanmu dulu—tajam tapi tenang.
Aku ingat malam itu, kita bicara tentang masa depan,
Tapi masa kini malah menjauhkan.
Kau tak lagi di sini,
Dan aku terlalu diam untuk memanggil.
Biarlah ini jadi purnama terakhir,
Sebelum aku belajar melepaskan yang begitu sulit kugenggam.
5. Tersimpan di Langit
Aku menyimpanmu di langit,
Agar tak ada yang bisa mencuri.
Di balik awan, kutitipkan kenangan,
Agar tetap bersinar meski kau tak kembali.
Tak semua cinta harus dimiliki,
Kadang cukup dikenang, cukup disyukuri.
Kau adalah langitku yang jauh,
Dan aku adalah bumi yang tetap memandangimu penuh rindu