
Oleh : Sufi Saniatul Mabruroh
RIUH DI DALAM SUNYI
aku terdampar di dunia antah berantah
bersama makhluk yang memaksakan standarnya
semua hal dipukul sama rata
harus bisa dan harus sesuai harapan yang ada
kepalaku riuh, penuh dengan suara
namun, lisan ini tak mampu untuk berkata
diri ini selalu bertanya-tanya
apalagi yang harus aku lakukan kecuali berserah kepada takdirMu Tuhan
RINDU YANG TAMPIL
ditengah hening malam, kutemui rindu
teringat engkau yang memenuhi kalbu
aku bergegas melangkah untuk menghadapmu
menahan isak tangisku seraya mengadu
maaf, jika terkadang aku lalai dan lupa
pada engkau sang maha pencipta
Engkau yang kucinta paling dalam
yang selalu ku sebut dalam doa doa
HADIR DIKALA NADIR
Aku pikir aku terlalu jauh dari cahaya
ternyata akulah yang menutup mata
Engkau yang selalu hadir disetiap nadirku
tak pernah sedetik pun pergi meninggalkan
terimakasih sudah mempercayaiku sejauh ini
terimakasih selalu hadir dan menguatkan
atas semua nikmat dan kasih yang Kau berikan
jadikanlah aku hamba yang selalu bersyukur
PELIK DALAM PELUK
hati yang rapuh ini menyimpan ribuan lara
karena menaruh banyak harap pada hamba
tapi, dalam balutan bingkai yang retak
hati ini menemukan cinta yang sesungguhnya
Dia tak pernah menuntut balas
hanya memeluk dan membelai penuh cinta
aku merasa selalu disayang oleh-Nya
meski tak selalu layak untuk menerima
SERPIHAN ASA
detik jam semakin nyaring terdengar
dan aku masih terjaga dalam kalut pikiran
terlintas lagi kata harap darinya
katanya, aku tak boleh gagal dan harus jadi manusia
kalimat itu terus saja melahirkan banyak tanya
kenapa tak boleh gagal?
sebenernya manusia itu apa?
ampun, tiba tiba leherku seperti tercekik
menahan isak yang tak boleh bersua
bergelut dengan kalimat kalimat yang sunyi
ahh, rasanya seperti tak ada lagi asa
namun, jiwa ini harus dipaksa kukuh
menanti esok yang semoga gemilang