
Oleh: Cholifia Nurchaliza
Empat sahabat di suatu sekolah SMK TEUKU UMAR, yaitu Icha, Rani, Aida, Gita.
Mereka bersahabatan sejak kelas X dan baru saja naik kelas XII. Mereka dari Teknik
Komputer Jaringan atau sering disebut TKJ. Jurusan TKJ adalah salah satu jurusan yang ada di
sekolah tersebut yang terfokus pada bidang teknologi dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa
menjadi profesional dalam merancang, mengelola sistem komputer dan jaringan. Tapi justru malah
dalam jurusan tersebut sering dikenal dengan kenakalan siswa yang tidak memiliki sopan santun dan
sering membolos bahkan membantah guru. Salah satunya adalah empat sahabat ini, mereka
menempati kelas yang sama bahkan duduknya selalu berjejeran, kalaupun ada guru yang
memisahkan mereka akan menolaknya.
Masing-masing mempunyai karakter yang berbeda-beda antara satu sama lain. Icha
memiliki karakter pemalu, ramah. Rani memiliki karakter yang setia kawan, rajin, namun
sedikit membantah. Aida memiliki sifat yang cuek, ceroboh tapi juga rajin. Sedangkan Gita
memiliki sifat yang Bandel tetapi sangat humoris. Meskipun ke empatnnya memiliki sifat
dan karakter yang berbeda tetapi mereka menjadikan perbedaan mereka sebagai suatu hal
yang saling melengkapi dalam persahabatan mereka. Mulai dari berangkat sekolah, istirahat,
berkegiatan, bahkan sampai pulang sekolah mereka selalu bersama-sama dan kompak.
Pagi itu dengan angin yang dingin menembus tulang-tulang, Icha yang terbangunkan
oleh alarm yang bising di telinga. Rupanya Icha yang terkagetkan melihat jam yang telah
menunjukkan puluk 06.50. Segera mungkin Icha meninggalkan tempat tidurnya dan beranjak untuk
mandi lalu bersiap-siap untuk ke sekolah. Seperti biasa setiap harinya Icha menunggu
teman-temannya sebelum berangkat di pertigaan sebelum arah sekolah mereka. Jam
menunjukkan pukul 07.30 tepat mereka sudah sampai semua, segera mereka bergegas
menuju sekolah dengan keterlambatan.
Dengan tergesa-gesa mereka mendorong gerbang yang sudah tutup. Lalu mendorong
motor mereka agar tidak ketahuan oleh guru ataupun satpam sekolah. Mereka pun masuk kelas
dengan sengaja masuk kelas begitu saja dan menghiraukan guru yang sedang menjelaskan di
depan. Bapak Daniar Reza namanya, ia guru mata pelajaran matematika. Melihat itu, pak
Dani yang sedang menerangkan pelajaran marah dan ter heran-heran.
Pak Dani : “Hei kalian tidak tau sopan santun?” (Tanya pak Dani dengan tegas).
Gita
:“Tau lah pak.” (menjawab dengan nada lempeng dan santai).
Pak Dani : “Jika tau mengapa kalian masuk tanpa salam atau ketuk pintu terlebih
dahulu, kalian telat ini!!!”
Rani : “Mohon maaf pak, kami salah.”
Pak Dani : “kalian tau tidak ini sudah jam berapa? Sebagai hukuman silahkan kalian
membersihkan kamar mandi sampai jam istirahat.”
Icha yang sedikit membentah namun dihentikan teman-temannya. Tanpa banyak
bicara lagi mereka bergegas pergi dari kelas dengan hati yang senang, karena mereka lebih
suka dihukum daripada mengikuti pelajaran matematika yang menurut mereka sangat
membosankan. Namun bukan malah menuju kamar mandi, mereka belok ke kantin terlebih
dahulu untuk makan. Di sela-sela bahkan betapa kagetnya mereka kepergok ibu Niken guru
BK yang mereka sangat takuti.
Ibu Niken : “Kalian ngapain, ini bukan jam istirahat silahkan balik ke kelas!!!”
Icha
: “Emm, maaf bu kita sedang dihukum pak Dani untuk membersihkan
Kamar mandi, jadi tidak dapat mengikuti pelaranan bu…”
Ibu Niken : “Lalu mengapa kalian malah makan, dasar siswa bandel ibu tambah
Hukuma kalian setelah selesai membersihkan kamar mandi silahkan
Berdiri di lapangan, sampai bel pulang sekolah!!!”
Mereka langsung meninggalkan makanannya tanpa membayar terlebih dahulu. Waktu
semakin berjalan mereka melaksanakan hukumannya dengan kesal dan tidak berhenti
ngata-ngatain guru yang menghukum mereka karena membuat mereka hampir pingsan
karena berdiri di lapangan dengan teriknya matahari yang sangat panas dari pagi sampai sore
hari.
Hari itu pun berlaku, keesokan harinya setelah mendapat hukuman itu mereka sangat
merasa kapok dengan kenakalannya. Sejak saat kejadian itu mereka berjanji tidak akan telat
lagi dan berjanji untuk merubah kenakalan mereka menjai siswa yang baik. Tanpa disuruh
mereka membuat perjanjian diatas materai untuk menjadi siswa yang baik lalu di tempelkan
pada mading kelas agar teman kelas yang lainnya menyaksikannya. “Harus menjadi siswa
yang baik tanpa hukuman lagi” ujar gita kepada teman-temannya. Lalu mereka berjalan
menuju ruang guru untuk menemui Pak Dani serta Ibu Niken untuk meminta maaf atas
kesalahan mereka. Setelah keluar dari ruang guru mereka berempat tos bersama-sama dengan
wajah gembira.
Dengan kejadian tersebut, mereka tidak lagi menjadi siswa yang bandel, malah
kebalikannya mereka rajin bahkan kerap mengikuti lomba-loba tingkat kabupaten bahkan
nasional. Seperti misalnya mereka mengikuti lomba voli, baca puisi, menulis cerpen, dll.
Dari lomba tersebut mereka juga meraih beberapa kejuaraan dan mendapatkan piala
penghargaan. Semua bapak dan ibu guru terlihat bangga atas perubahan mereka.