ArtikelOpini

Sejarah Warna Pink yang Membalikkan Stereotip Gender!

Oleh: Dewi Puji Lestari

Kabartemanggung.com – Ketika mendengar kata ‘pink’ kebanyakan orang langsung mengasosiasikannya dengan femininitas dan kelembutan. Namun, tahukah kamu kalau warna pink di masa lalu, dianggap sebagai simbol keberanian dan maskulinitas laki-laki?
Sejarah mencatat, penggunaan warna pink pada pakaian mengalami perkembangan. Pada abad 18, belum ada kesepakatan bahwa warna pink identik dengan perempuan. Hal ini dikarenakan anak laki-laki dan perempuan dari kelas atas di masa itu selalu menggunakan warna pink, biru, dan warna lainnya sebagai warna seragam.

Dilansir dari situs Victoria and Albert Museum (VAM), pada tahun 1700-an, para laki-laki Eropa menggunakan warna pink untuk menandakan kekuasaan, bukan sebagai tanda gender.
Berbanding terbalik dengan masa kini, warna pink lebih identik dengan tanda gender, yaitu warna yang identik dengan kaum perempuan, justru dulu dianggap sebagai warna maskulin.

Hal ini terjadi karena ada kaitannya dengan warna pokok pink, yaitu warna merah yang melambangkan gairah, semangat, dan keagresifan. Kala itu warna pink dan biru serta warna pastel lainnya, muncul sebagai warna bayi yang kemudian dipromosikan sebagai penanda gender sebelum adanya Perang Dunia I.

Lalu, kapan akhirnya warna pink identik dengan perempuan?
Valerie Steele, mengatakan bahwa warna pink identik dengan perempuan secara kompleks mulai berkembang di Amerika. Tahun 1890-an di Amerika para produsen pakaian mulai memberi cap pada baju anak-anak dengan memberi kode warna. Namun, pada masa ini, warna pink masih umum dan belum merujuk langsung pada gender perempuan, tetapi sudah mulai muncul perbedaan yang disebabkan oleh beberapa produsen pakaian yang menyebutkan warna pink untuk laki-laki, dan ada pula yang menyebutkan warna pink untuk perempuan.

Kesepakatan warna pink untuk gender tertentu mulai menurun sejak tahun 1940-an. Pada masa ini, generasi pertama alias baby boomer menjadi generasi yang pertama kali mengenakan pakaian khusus yang membedakan pakaian laki-laki dan perempuan. Warna merah muda atau pink sudah mulai dianggap sebagai warna anak perempuan, dan warna biru sebagai warna anak laki-laki. Hal ini menjadi faktor yang turun-temurun dan menjadi kepercayaan para orang tua, serta menjadi tren di tahun 1960-an dan 1970-an.

Puncaknya terjadi pada tahun 1980-an, di mana popularitas tes prenatal (tes kehamilan USG) sebelum anak-anak generasi baby boomer lahir. Hal ini menjadi ide perusahaan untuk mengeluarkan produk bayi dengan warna tertentu. Misalnya, warna biru dipromosikan sebagai warna eksklusif laki-laki. Tren warna untuk gender ini berkembang dengan cepat dan menyebar mulai dari alas tidur bayi hingga barang-barang mahal, seperti kursi mobil, mainan berkuda, dan mainan eksklusif lainnya. Fenomena ini cepat menyebar karena faktor meningkatnya konsumerisme di kalangan anak-anak dalam beberapa dekade berikutnya.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button