
Oleh : Deby Arum Sari
Pendidikan adalah fondasi peradaban. Ia bukan hanya soal ilmu pengetahuan dan keterampilan, tapi juga soal membentuk manusia seutuhnya. Dalam masyarakat yang semakin kompleks dan penuh tantangan, pendidikan yang mampu membentuk karakter, nilai, dan moral menjadi sangat penting. Namun, fenomena hari ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang disebut hebat karena prestasi akademik dan kecanggihan fasilitasnya, justru mulai kehilangan satu aspek penting dalam mendidik anak-anak bangsa: adab.
Kita hidup di zaman ketika keberhasilan pendidikan diukur dari angka, ranking, dan sertifikat. Gedung megah, ruangan ber-AC, laboratorium digital, metode pembelajaran berbasis teknologi, serta pencapaian dalam olimpiade dan lomba akademik menjadi standar baru untuk menilai kualitas sebuah sekolah. Tapi, ada satu hal yang luput dari perhatian: bagaimana adab dan akhlak para siswa? Apakah mereka masih tahu cara menghormati guru, menghargai orang tua, menjaga tutur kata, dan punya kepedulian terhadap sesama?
Namun semakin kesini banyak dari mereka yang pintar dalam pelajaran, namun gagal dalam hal moral dan perilaku. Tak sedikit siswa yang berani membantah guru, menggunakan bahasa kasar kepada orang tua, bahkan bersikap tak peduli terhadap teman sekelas yang kesulitan. Fenomena ini membuat kita bertanya: apakah ada yang salah dalam sistem pendidikan kita?
Adab bukan sekadar sopan santun, melainkan landasan moral yang mengarahkan seseorang dalam bersikap dan bertindak. Ketika anak-anak tidak lagi menghargai guru, tak peduli dengan sesama, bahkan lancang terhadap orang tua, itu bukan sekadar masalah perilaku, melainkan kegagalan dalam membentuk karakter.
Sayangnya, pendidikan karakter seringkali hanya menjadi slogan, bukan sistem yang sungguh diterapkan secara konsisten. Pelajaran agama dan Pancasila tetap ada, tapi praktik adab sehari-hari kurang ditanamkan secara nyata. Sekolah mungkin sibuk mengejar nilai ujian, namun lupa bahwa nilai kehidupan jauh lebih penting dalam membentuk manusia seutuhnya.
Ironisnya, banyak orang tua juga lebih bangga dengan anak yang juara olimpiade dibandingkan anak yang taat beribadah dan santun. Padahal, kecerdasan tanpa akhlak hanya melahirkan manusia yang pintar tapi bisa membahayakan sesama. Seharusnya, rumah dan sekolah bersinergi membangun generasi yang cerdas dan beradab.
Kita butuh perubahan cara pandang. Sekolah hebat itu bukan cuma yang bisa bikin anak jago hitung-hitungan atau lancar bahasa Inggris. Tapi sekolah yang bisa bikin anak jadi manusia yang punya hati, tahu sopan santun, dan peduli sama sesama.
Maka, sudah waktunya kita meninjau kembali arah pendidikan kita. Sekolah hebat seharusnya bukan hanya tempat mencetak siswa pintar, tapi juga manusia bermartabat. Kunci kemajuan bangsa bukan sekadar otak yang tajam, tapi hati yang bersih dan perilaku yang terpuji.
Jadi, yuk sama-sama evaluasi. Sekolah keren itu penting, tapi jangan sampai lupa bahwa akhlak dan adab itu fondasi utama. Karena sehebat-hebatnya orang kalau nggak punya adab, tetap saja nggak akan dihormati.