
Oleh : Cholifia Nurchaliza
Sepasang suami istri yang bertempat tiggal di kota Jakarta. Mereka bernama Dania Rahmawati dan Abraham Rahwono. Mereka telah menikah sepuluh tahun lamanya, namun belum juga di karuniai seorang anak. Segala usaha telah dilakukan bahkan sampai ke dokter luar negeri. Terapi bagai guncangan yang begitu badai ketika Dania membaca hasil lab yang diberikan dokter bahwa Dania tidak bisa memiliki anak seumur hidup. Waktu tetap berjalan diiringi dengan kesedihan yang mendalam pada diri Dania, Abraham sebagai suaminya selalu menguatkan tanpa berkurang rasa cintanya.
Suatu hari, Abraham sengaja mencari pembantu untuk dirumahnya agar disaat dia bekerja istrinya tidak sendiri kesepian dirumah. Mungkin dengan cara itu, Abraham berfikir istrinya ada teman dan tidak terlalu memikirkan untuk mempunyai anak. Karena baginya kebahagiaan Dania adalah hal yang paling utama.
Abraham : “Sayang kenalkan ini Siti, dia akan bantu-bantu dirumah ini mulai sekarang.”
Dania : “Ohh iya saya Dania istrinya mas Abraham.”
Siti : “Saya siti buk, semoga bapak dan ibu betah dengan saya.”
Tiga bulan lamanya Siti berada di rumah itu, Dania dan Abraham pun merasa sangat cocok dengan Siti. Malam sunyi menunjukkan pukul 22.00. Entah apa yang merasuki pikiran Dania tiba-tiba dia berpikir bahwa dia akan mempunyai anak dengan cara meminjam rahim Siti untuk mengandung anaknya. Dania pun mengatakan rencananya itu pada Abraham dan menyetujuinya apa yang dikatakan Dania, itupun jika Siti mau. Paginya mereka berbicara dengan Siti.
Dania : “Siti maafkan saya yang lancang, saya tidak bisa mempunyai keturunan seumur hidup. Tapi saya sangat menginginkan buah hati tanpa harus mengadopsi anak. Apa kamu bersedia jika meminjamkan rahim kamu untuk mengandung anak saya dan mas Abraham?” (Dengan air mata yang mengalir deras dan nada yang bergetar)
Abraham : “Iya Siti tolong lah kami, kami sudah tidak mempunyai keluarga lagi.”
Siti : “Saya sangat kaget apa yang diminta bapak dan ibu, tapi beri saya waktu untuk Memikirkannya pak…buk…”
Siti menyetujui apa yang diminta dari majikannya tersebut, dengan alasan ingin membalas kebaikan Dania dan Abraham yang telah membantu ekonominya. Dua bulan lamanya mereka bertiga bolak-balik ke dokter untuk program pinjam rahim ini akhirnya membuahkan hasil. Siti mengandung anak mereka, dan dilihat dari hasil USG nya kembar cewek. Tiada yang mengalahi kebahagiaan Dania dan Abraham saat ini. Mereka sangat antusias menanti kehadiran buah hati mereka.
Sembilan bulan berlalu Siti melahirkan anak mereka yang dinamai Rennita Angelia dan Jennita Angelia. Ketika semua sudah selesai, Siti merasa tidak ikhlas karena ia yang merasakan susahnya mengandung tetapi majikannya mengambil begitu saja. Siti pun membawa kabur Jennita satu bayi mereka ke suatu desa yang sangat plosok dan jauh dari Dania dan Abraham.
Bertahun-tahum Abraham dan Dania mencari anaknya yang dibawa kabur tanpa ada hasil. Sampai saat ini Rennita sudah menginjak umur 21 tahun dan duduk dibangku kuliah. Rennita sangat nakal dan membangkang, dia sering menghabiskan uang dari orang tuanya buat mabuk-mabukkan dan bersenang- senang dengan teman-temannya. Bahkan setiap malam dia bukan lagi menjadi mahasiswa, dia menjadi kupu- kupu malam yang bergantian dari satu lekaki ke lelaki yang lain. Alias dia sangat menyukai dunia malam dengan profesinya menjari pelacur. Bukan karena apa Rennita melakukan itu, dia terbawa-bawa oleh pergaulan bebas temannya.
Abraham : “Rennita! Cukup…cukup kamu melakukan hal yang tidak sepantasnya sebagai mahasiswa, apa kamu tidak kasihan melihat orang tua mu ini?”
Rennita : “Paaa… ini hanya main-main, wajar aku masih muda juga.” (dengan kondisi yang setengah sadar dari mabuknya)
Rennita tidak menghiraukan apa yang dikatakan orang tuanya. Bahkan Dania dan Abraham cukup lelah.
Melihat tingkah laku anaknya yang melewati batas. Pergi pagi pulang pagi dengan kondisi mabuk-mabukkan, kadang juga pulang begitu saja membawa laki-laki yang berbeda-beda, pakaian yang dikenakan Rennita juga tidak pernah sopan selalu mengenakan pakaian yang seksi. Lebih parahnya lagi Rennita sering tidak pernah pulang kerumah beberapa hari tanpa memberi kabar orang tuanya.
Berbanding terbalik dengan Jennnita, bayi mereka yang telah dibawa kabur sekaligus dibesarkan oleh Siti mantan pembantu mereka. Jennita tumbuh sebagai anak yang baik, bahkan sangat menghormati Siti sebagai ibunya. Namun, Jennita hidup dengan kesederhanaannya di desa, dia tidak menempuh Pendidikan karena masalah ekonomi. Sehari-hari dia hanya membantu Siti dengan usaha warung kecilnya di depan rumah mereka.
Di suatu hari, Siti mendengar kabar bahwa mantan majikannya Dania dan Abraham mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Siti diam-diam masih mencari tahu kehidupan mantan majikkannya itu karena bagaimanapun Siti tetap merasa bersalah. Di hari itu juga, Siti menceritakan semuanya kepada Jennita apa yang terjadi dimasalalu. Siti juga mengajak Jennita untuk ke Jakarta menghadiri pemakaman orang tua kandungnya sekaligus bertemu dengan saudara kembarnya. Jennita yang awalnya marah dengan ibunya karena tidak bercerita dari dulu, namun bagaimanapun telah terjadi dan tidak bisa di ulang lagi.
Siti : “Nak… ini adalah rumah kedua orang tua kamu, dulu waktu kamu bayi sempat tinggal di sini, sebelum akhirnya ibu membawa kabur kamu.”
Jennita: “Aku sangat sedih bu…karena aku tidak ada kesempatan lagi untuk melihat kedua orang tua asli aku.”
Siti : “Maafkan ibu nak, ibu sangat menyesal.”
Di situ lah, Jennita bertemu dengan Rennita sudara kembarnya. Rennita sangat kaget dengan pertemuan itu, mengapa ada seseorang sangat mirip dengannya. Awalnya Rennita mengusir mereka, Siti dengan sigap mencoba membuat tenang Rennita dan mengajaknya untuk berbicara. Siti menceritakan semuanya tanpa ada kurang atau lebih. Mendengar cerita itu, Rennita sangat menyesal karena selama ini tidak pernah membuat bahagia orang tuanya. Rennita mulai untuk bertaubat dan meninggalkan dunia malam itu. Dia juga menganggap siti sebagai ibunya. Manusia tidak akan pernah tahu kehidupan kedepannya bagaimana, namun sebagai manusia sudah sepantasnya untuk saling memaafkan. Siti bersama Rennita dan Jennita pun memulai hidup dari awal di Jakarta sebagai satu keluarga.