Strategi Ulangan Rahasia

Oleh: Khansa Aisyatul Nabilla

Hari itu Senin pagi. Hari yang katanya awal minggu, awal semangat. Tapi bagi kelas 8B, Senin adalah awal penderitaan karena ada ulangan matematika dari Pak Burhan, guru killer yang terkenal tidak pernah senyum, bahkan di hari ulang tahunnya sendiri.

Aldi, ketua geng paling males belajar se-SMP Harapan Bangsa, datang ke kelas sambil menguap lebar. “Tenang, guys. Gue punya solusi jenius.”

Teman-temannya menatap dengan penuh harap dan sedikit rasa putus asa.

“Strategi rahasia: Kode Batuk,” kata Aldi, membusungkan dada seperti penemu teknologi baru.

“Kode batuk?” Dita menyipitkan mata. “Serius?”

“Serius dong. Batuk satu kali: A. Dua kali: B. Tiga kali: C. Empat kali: D. Gampang!”

Riko, yang biasanya ranking sepuluh besar dari belakang, langsung semangat. “Wah, ini sih keren banget, kayak di film mata-mata!”

Tanpa pikir panjang, mereka pun sepakat menggunakan taktik itu saat ulangan nanti. Aldi, tentu saja, ditunjuk jadi “pusat jawaban” karena ia duduk paling depan dan paling dekat dengan papan tulis. Katanya sih dia sudah belajar semalam… meski kenyataannya hanya menonton video “Belajar Matematika dalam 5 Menit” selama 30 detik sebelum tertidur.

Jam ulangan tiba. Suasana kelas tegang. Pak Burhan berdiri di depan kelas seperti bodyguard bioskop, tatapannya tajam. Satu per satu lembar soal dibagikan. Aldi membuka kertas soal, menghela napas, dan mulai “beraksi.”

“Uhuk!”
“Uhuk uhuk!”
“UHUUK UHUUK UHUK!”

Ruang kelas mendadak penuh suara batuk. Ada yang batuk sopan, ada yang kayak mau kesedak nasi goreng. Bahkan ada yang batuk sambil tepuk meja, saking semangatnya. Sialnya, Dani dari barisan belakang mulai bersin karena benar-benar masuk angin. Strategi mulai kacau.

Dita yang duduk di tengah panik. “Eh tadi Aldi batuk tiga kali apa empat kali sih? C atau D?”
Riko bingung. “Gue denger dua kali. Tapi bisa juga lima. Kayak lagu dangdut!”

Pak Burhan mulai curiga. Ia menyipitkan mata. “Kenapa semua mendadak batuk? Kalian alergi ulangan?”

Aldi pura-pura garuk tenggorokan. “Iya Pak, cuaca akhir-akhir ini gak jelas.”

Pak Burhan tak berkata apa-apa. Ia hanya berjalan perlahan ke arah Aldi. Lalu… berdiri tepat di samping meja.

“Kalau kamu memang batuk, sini saya kasih teh jahe panas.”

“Eh… gak usah repot-repot, Pak…”

“Tidak apa-apa. Saya bawa dari rumah. Buat siswa rajin.”

Suasana makin tegang. Aldi meneguk air ludah, Dita mulai berkeringat padahal AC menyala. Riko ingin pura-pura pingsan, tapi takut Pak Burhan malah benar-benar panggil UKS.

Setelah 30 menit penuh “komunikasi kode” yang semakin tak jelas, akhirnya ulangan selesai. Semua lemas. Hasilnya? Kacau balau. Banyak yang jawab semua soal dengan jawaban C, karena batuknya sudah tidak sinkron dan Aldi sendiri ternyata salah ngitung.

Besoknya, Pak Burhan mengumumkan nilai.

“Selamat kepada kelas 8B. Kalian semua mendapat pelajaran penting minggu ini jangan batuk berlebihan saat ulangan.”

Semua terdiam.

“Oh iya, ini saya bawa teh jahe. Yang batuk silakan maju. Yang bohong batuk… silakan ikut saya ke ruang guru.”

Exit mobile version