ArtikelOpini

Tempe Kemul : Kuliner Legendaris yang Menjaga Kearifan Lokal Wonosobo

Oleh: Yafika Aribah

Wonosobo, Kabartemanggung.com – Kuliner khas Wonosobo tidak hanya sekadar gorengan biasa, trapi juga menjadi simbol kearifan lokal yang terus dijaga kelestariannya di tengah arus modernisasi. Gorengan yang dibalut dengan tepung berbumbu kunyit, tempe yang digoreng dengan renyah ini sudah menjadi camilan favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke Wonosobo dengan ditemani sejuknya udara Dieng.

Akan tetapi,di tengah popularitasnya, tempe kemul menyimpan cerita tentang budaya masyarakat Wonosobo. Kata “kemul” berarti “selimut” dalam Bahasa Jawa.Filosofi ini menggambarkan tempe yang dibungkus rapat oleh adonan tepung. Tempe kemul tidak sekadar camilan, tetapi menjadi simbol ramahnya warga Wonosobo yang menyambut tamu dengan hangat.

Menghadapi perkembangan di zaman modern ini, adanya makanan cepat saji dan jajanan modern lainnya menjadi tantangan tersendiri bagi eksistensi tempe kemul. Generasi muda saat ini cenderung lebih suka membeli jajanan modern dibanding kuliner tradisional. Dengan demikian, munculnya pertanyaan apakah tempe kemul tetap bisa bertahan dalam menghadapi zaman?

Dengan begitu, penting bagi masyarakat Wonosobo untuk terus mengenalkan tempe kemul sebagai identitas budaya. Langkah tersebut dapat dilakukan dari edukasi kuliner kepada generasi muda. Selain itu, dapat dilakukan melalui promosi media sosial tanpa menghilangkan ciri khasnya.

Harapan pada masa yang akan datang, tempe kemul dapat menjadi salah satu ikon kuliner di Jawa Tengah yang dikenal oleh banyak orang baik lokal maupun non lokal. Selain itu, dukungan penuh dari pemerintah, wisatawan, dan masyarakat setempat sangat perlu dibutuhkan agar tempe kemul tidak hanya menjadi cemilan yang tertinggal, tetapi akan menjadi kebanggaan.

Tempe kemul tidak hanya menjadi gorengan tradisional, tetapi juga dapat dilestarikan sebagai kuliner budaya Wonosobo yang menggugah selera. Karena makanan daerah dapat menjadi salah satu jumbatan yang menghubungkan masyarakat kepada sejarah di masa lalu.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button