
Oleh: Ghaida Mutmainnah
Kabartemanggung.com – Tumpeng Sego Megono adalah salah satu warisan kuliner khas dari Wonosobo, Jawa Tengah, yang bukan hanya menggugah selera, tetapi juga sarat akan makna budaya dan spiritual. Hidangan ini terdiri dari nasi putih yang disajikan dengan megono—campuran sayur-sayuran seperti kacang panjang, bayam, kentang, dan tempe, yang diaduk bersama parutan kelapa berbumbu serta ikan teri dan cabai. Rasa gurih dari kelapa parut yang dipadukan dengan pedasnya cabai dan asin gurih dari ikan teri memberikan sensasi rasa yang khas dan menggoda. Teksturnya pun bervariasi, mulai dari renyahnya kacang panjang hingga lembutnya tempe dan kentang, menjadikan setiap suapan memiliki dimensi rasa yang kaya. Hidangan ini tidak hanya dibuat dari bahan-bahan sederhana hasil bumi setempat, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal masyarakat Wonosobo dalam memanfaatkan alam secara bijaksana.
Ciri khas dari hidangan ini adalah penyajiannya dalam bentuk tumpeng, yakni nasi yang dibentuk kerucut dan dikelilingi oleh lauk-pauk. Dalam tradisi Jawa, bentuk tumpeng melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama, serta menjadi simbol doa dan harapan. Dalam Tumpeng Sego Megono, bagian puncaknya dilengkapi dengan topping istimewa seperti telur, ingkung (1 ekor ayam jawa), dan kerupuk. Telur melambangkan awal kehidupan dan kesuburan, sedangkan ingkung—ayam kampung yang dimasak utuh dengan bumbu khas Jawa—merupakan simbol penghormatan kepada leluhur dan bentuk permohonan berkah. Posisi ayam yang disajikan duduk dengan kepala menunduk menandakan ketundukan dan kerendahan hati di hadapan Yang Maha Kuasa. Sementara itu, kerupuk yang renyah menjadi pelengkap yang menciptakan sensasi kontras, sekaligus menjadi simbol keceriaan dalam kebersamaan.
Sebagai daerah dataran tinggi yang sejuk dan subur, Wonosobo memiliki kondisi alam yang sangat mendukung kelahiran hidangan ini. Tradisi masyarakat yang masih erat dengan nilai-nilai gotong royong dan kehidupan agraris membuat Tumpeng Sego Megono sering dihadirkan dalam berbagai peristiwa penting, seperti kenduri, hajatan, syukuran, atau peringatan hari besar. Makan bersama tumpeng menjadi momen yang mempererat hubungan kekeluargaan dan sosial, serta wujud syukur atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Oleh karena itu, Tumpeng Sego Megono tidak hanya dilihat sebagai makanan, melainkan juga sebagai simbol kebersamaan, kesederhanaan, dan kekayaan nilai budaya lokal.
Keberadaan Tumpeng Sego Megono patut dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari identitas kuliner Nusantara. Di tengah arus globalisasi yang terus menggeser budaya lokal, kuliner seperti ini menjadi pengingat bahwa kekuatan budaya kita terletak pada kesederhanaan yang penuh makna. Dengan mengenalkan dan melestarikan hidangan ini kepada generasi muda, kita tidak hanya menjaga cita rasa warisan nenek moyang, tetapi juga merawat jati diri bangsa. Tumpeng Sego Megono adalah bukti bahwa dari bahan-bahan sederhana pun, sebuah bangsa bisa meracik keistimewaan yang penuh nilai.