Kabartemanggung.com – Di balik sejuknya hawa pegunungan Temanggung, tersembunyi sebuah keindahan alam yang memukau: Curug Titang. Terletak di Dusun Titang, Desa Nampirejo, Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah., curug ini menjadi destinasi wisata alam yang mulai dilirik oleh wisatawan lokal maupun luar daerah karena keasriannya yang masih sangat terjaga.
Curug Titang bukanlah air terjun yang tinggi menjulang, tetapi justru dalam kesederhanaannya, tempat ini memancarkan pesona yang menenangkan jiwa. Airnya jernih dan dingin, mengalir deras dari tebing berbatu dan membentuk kolam alami yang berwarna biru kehijauan. Suara gemuruh air yang jatuh berpadu dengan kicauan burung dan semilir angin menciptakan harmoni alam yang sulit ditemukan di tengah hiruk pikuk perkotaan.
Akses menuju Curug Titang memang belum sepopuler tempat wisata lainnya, namun justru itulah yang menjadi daya tarik tersendiri. Pengunjung harus melewati jalan desa, lalu berjalan kaki menyusuri jalur setapak yang cukup menantang. Sudah ada akses tangga, tetapi harus berhati² karena ada sebagian tangga yang dekat curug berlumut. Namun semua usaha itu akan terbayar lunas ketika menyaksikan keindahan curug ini secara langsung.
Curug Titang juga menjadi bukti bahwa kekayaan alam Indonesia begitu melimpah, bahkan di tempat-tempat yang belum terlalu dikenal sekalipun. Potensi ini, jika dikelola dengan bijak dan melibatkan masyarakat sekitar, bisa menjadi sumber ekonomi baru yang berkelanjutan. Kegiatan wisata seperti trekking, fotografi alam, atau sekadar piknik keluarga bisa dikembangkan tanpa merusak lingkungan yang ada.
Sebagai tempat wisata yang masih alami, Curug Titang membutuhkan perhatian baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat setempat. Perlu ada upaya pelestarian dan pembangunan fasilitas dasar seperti tempat duduk, tempat sampah, serta jalur aman bagi pengunjung. Edukasi kepada wisatawan tentang pentingnya menjaga kebersihan dan menghormati alam juga tak kalah penting.
Curug Titang bukan hanya sekadar tempat pelarian dari kepenatan, tetapi juga simbol dari potensi besar yang dimiliki desa-desa di lereng Gunung Sumbing. Ia adalah cerminan bagaimana keindahan bisa tumbuh di tempat yang tersembunyi, menunggu untuk ditemukan dan dihargai. (KT44/ Ghaida Mutmainnah).
