CerpenSastra

Pelangi Setelah Hujan: Sebuah Perjalanan

Oleh : Indah Kurnia Sari

Hari itu, langit tampak kelabu, hujan turun dengan derasnya membasahi setiap sudut desa yang damai ini. Rintik hujan yang membelai dedaunan, suara gemericik air di atap, dan aroma tanah basah yang menyegarkan. Semua terasa seakan mengundang sebuah perjalanan, bukan perjalanan biasa, tapi perjalanan menuju sesuatu yang selama ini hanya ia impikan.

Namanya Dara. Gadis berusia delapan belas tahun yang sejak kecil selalu menatap langit setelah hujan reda. Ia percaya bahwa di balik air yang menetes itu, selalu ada keajaiban yang menunggu untuk ditemukan. Sejak kecil, kata ibunya selalu terngiang dalam ingatannya: “Di ujung hujan, akan muncul pelangi yang membawa harapan baru.”

Pagi itu, hujan mulai reda, dan sinar mentari malu-malu menyusup melalui celah awan yang tebal. Dara memutuskan untuk berkelana keluar desa, menuju bukit yang tak jauh dari rumahnya. Bukit itu terkenal di kalangan warga sebagai tempat munculnya pelangi yang paling indah setelah hujan turun. Ia ingin melihat pelangi itu dengan mata kepalanya sendiri, membuktikan kebenaran kata-kata ibunya, dan menemukan arti dari perjalanan ini.

Dengan langkah ringan melewati jalan setapak, Dara melangkah menembus sisa rintik hujan yang masih menggantung di udara. Udara terasa sejuk dan segar, mengisi paru-parunya dengan energi yang menyegarkan. Di sisi jalan, bunga liar bermekaran warna-warni seakan ikut merayakan berakhirnya hujan. Semangat Dara pun berkobar, hati dipenuhi rasa penasaran dan keinginan yang kuat akan petualangan.

Namun perjalanan tak selalu mulus. Saat hampir sampai di puncak bukit, Dara harus menghadapi medan terjal dan licin. Tanah yang basah membuat langkahnya tergelincir beberapa kali. Rasa lelah mulai merayap, dan pikirannya sesekali dihantui oleh keraguan. “Apakah aku memang harus ke sini? Apa benar aku akan menemukan pelangi yang selama ini kuimpikan?” gumam Dara dalam hati.

Tetapi, ia teringat lagi kata-kata ibunya. Bukan hanya pelangi, tapi perjalanan itu sendiri yang menjadi arti kehidupan. Dara menarik napas dalam, menguatkan diri, dan melangkah pelan tapi pasti. Setiap tetes keringat yang jatuh, terasa seperti saksi bisu perjuangannya. Kakinya menyusuri batu, akar pohon, dan permukaan rumput yang basah, menapak satu demi satu hingga mencapai puncak.

Sesampainya di atas, Dara tertegun. Pemandangan yang terbentang begitu memukau. Langit mulai cerah, awan perlahan menghilang, dan dari kejauhan terbentang lengkungan warna-warni yang luar biasa. Pelangi yang begitu jelas, memancarkan cahaya berwarna-warni yang menyilaukan mata. Dadanya terasa penuh dengan kebahagiaan dan haru yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Di situ, Dara duduk di atas batu besar sambil menatap pelangi yang membentang di langit biru. Hatinya penuh rasa syukur dan terima kasih atas perjalanan panjang yang baru saja ditempuhnya. Ia sadar bahwa pelangi itu bukan hanya sebuah fenomena alam, melainkan simbol dari harapan dan kekuatan setelah menghadapi badai dalam hidup.

Dalam perjalanan pulang, langkah Dara terasa lebih ringan dan jiwanya lebih damai. Ia membawa pulang bukan hanya foto pelangi di dalam pikirannya, tapi juga pelajaran berharga tentang keberanian, ketekunan, dan keyakinan. Bahwa setelah hujan, ada pelangi, dan setelah kesulitan, pasti ada harapan yang menanti.

Hari itu, di tengah sinar mentari yang hangat, Dara menulis dalam jurnal kecilnya sebuah kalimat yang akan selalu ia ingat: “Perjalanan mungkin penuh rintangan, tapi pelangi akan selalu ada di ujung sana, menunggu untuk ditemukan.”

Pelangi setelah hujan bukan sekadar keindahan yang tampak mata, tapi cerita setiap langkah yang kita ambil, dan keyakinan bahwa tiap tantangan membawa kita pada terang yang lebih indah. Dara tahu, perjalanan hidupnya masih panjang, penuh warna seperti pelangi yang baru saja ia saksikan, dan ia siap melanjutkannya dengan hati penuh harapan.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button