Wilujengan Pasar Kliwon Temanggung: Tradisi Penjaga Harmoni dan Ekonomi Lokal

Oleh: Sufi Saniatul Mabruroh
Wilujengan Pasar Kliwon merupakan salah satu tradisi budaya yang masih lestari di tengah modernisasi di Temanggung, Jawa Tengah. Tradisi ini bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan wujud nyata dari kearifan lokal yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Diadakan secara rutin setiap tahunnya, Wilujengan Pasar Kliwon menjadi bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelancaran rezeki yang diperoleh melalui aktivitas pasar, sekaligus menjadi permohonan keselamatan dan keberkahan bagi para pedagang serta seluruh masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada denyut ekonomi pasar tradisional. Dalam konteks budaya Jawa, istilah “wilujengan” berasal dari kata “wilujeng” yang berarti keselamatan atau kesejahteraan. Oleh karena itu, Wilujengan Pasar Kliwon dimaknai sebagai upacara keselamatan yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi rakyat.
Tradisi ini memiliki empat tujuan utama, Pertama, sebagai wujud syukur atas rezeki dan keberlangsungan pasar. Kedua, sebagai permohonan keselamatan dari bencana dan marabahaya. Ketiga, untuk mempererat silaturahmi antar pedagang dan masyarakat dan keempat, sebagai upaya melestarikan warisan budaya leluhur. Pelaksanaan Wilujengan biasanya dilakukan pada bulan suro yang dalam kalender Jawa dipercaya membawa keberkahan dan kekuatan spiritual tersendiri. Rangkaian kegiatan dalam upacara ini meliputi persiapan sesaji (ubarampe) seperti tumpeng, ingkung ayam, aneka jajanan pasar, bunga, dan hasil bumi. Dilanjut dengan prosesi doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat lalu kenduri atau makan bersama sebagai simbol kebersamaan dan keberkahan. Dalam perayaan ini sesaji juga diarak keliling pasar sebagai simbol pembersihan spiritual dan penyebaran energi positif di seluruh area pasar.
Pasar Kliwon Temanggung sendiri merupakan pasar tradisional yang memiliki posisi strategis dalam struktur perekonomian daerah. Pasar tradisional seperti Pasar Kliwon memiliki peran signifikan dalam menjaga stabilitas ekonomi mikro karena mampu menjadi tempat interaksi sosial sekaligus pusat distribusi komoditas lokal. Selain menjadi pusat perdagangan hasil pertanian dan kebutuhan pokok, Pasar Kliwon juga menciptakan ekosistem kerja bagi ribuan warga Temanggung, dari pedagang kecil hingga pengangkut barang. Keberadaan pasar ini bahkan terbukti mampu bertahan di tengah tekanan pasar modern dan digitalisasi, berkat peran budaya lokal yang memperkuat solidaritas komunitas.
Dengan demikian, Wilujengan Pasar Kliwon bukanlah kegiatan simbolik semata, melainkan sebuah ekspresi integratif antara spiritualitas, sosial, dan ekonomi yang saling menopang. Ia menjadi cermin dari harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan yang secara kolektif memperkuat fondasi moral masyarakat Temanggung. Dalam konteks keberlanjutan budaya, tradisi ini memperlihatkan bagaimana nilai-nilai lokal tidak hanya layak dipertahankan, tetapi juga dapat menjadi kekuatan dalam menjaga identitas dan ketahanan ekonomi masyarakat di era modern.