Keranjang Tembakau: Warisan Tradisional Petani Salamrejo Selopampang Temanggung

Oleh Miftakhur Rosidah
Keranjang tembakau di dusun lembangan menjadi mata pencaharian tambahan.kegunaan keranjang ini bukan sekadar alat angkut. Bagi para petani di lembangan keranjang itu adalah simbol kerja keras, kearifan lokal, dan identitas budaya. Di tengah kemajuan zaman, keranjang yang terbuat dari anyaman bambu ini tetap lestari karena fungsinya yang tidak tergantikan dalam proses pengolahan dan pengangkutan tembakau.
Menariknya, keranjang-keranjang tersebut masih dibuat secara manual oleh perajin lokal menggunakan bambu khususnya didusun lembangan sendiri.Proses pembuatan yang penuh ketelitian dan keterampilan menjadikannya bukan hanya alat fungsional, tetapi juga produk seni. Setiap anyaman mencerminkan kesabaran dan keahlian turun-temurun yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Proses pembuatan keranjang bambu dimulai dengan pemotongan bambu menjadi bagian-bagian kecil. Potongan bambu ini kemudian dihaluskan dan dipersiapkan untuk dianyam. Tahapan penganyaman dibagi menjadi dua bagian utama.Tahap pertama adalah proses awal sebelum penganyaman, yang biasa dilakukan oleh perempuan dan disebut ngirati. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses ndasari, yaitu penganyaman bagian dasar yang menjadi pondasi keranjang dan terletak di bagian bawah keranjang.Setelah pondasi selesai, proses berikutnya adalah nganam, yaitu membangun bagian badan keranjang. Tahapan ini diteruskan dengan proses ngalamit, yang memperkuat struktur keranjang, dan diakhiri dengan proses nguleh, yaitu menyelesaikan bagian atas keranjang agar tampak rapi dan kokoh.
Keranjang ini biasa digunakan untuk menampung tembakau setelah dipanen, sebelum dijemur atau dikirim ke tengkulak dan pabrik. Bentuknya yang besar dan kokoh memungkinkan petani membawa dalam jumlah banyak sekaligus, namun tetap bisa menjaga udara agar tembakau tidak mudah rusak. desain keranjang bukanlah hasil sembarangan, melainkan dari pemahaman mendalam terhadap karakter tanaman tembakau.
munculnya wadah plastik atau karung modern juga mulai menggeser posisi keranjang bambu dalam aktivitas pertanian.keberadaan keranjang tradisional menghadapi tantangan. Bahan baku bambu mulai sulit diperoleh di beberapa wilayah, dan minat generasi muda untuk menjadi perajin juga kian menurun. Meski demikian, banyak petani tetap mempertahankan penggunaan keranjang karena mereka percaya kualitas tembakau akan terjaga lebih baik. Keranjang bambu dinilai mampu menjaga kelembapan dan mencegah tembakau menjadi apek, berbeda dengan bahan sintetis yang cenderung tertutup rapat dan bisa menimbulkan panas.
Lebih dari itu, keranjang bambu membawa nilai ekonomi bagi masyarakat desa khusus nya di dusun lembangan. Usaha kerajinan ini menjadi sumber penghasilan tambahan, terutama di luar musim tanam. Sayangnya, potensi ini belum banyak mendapatkan dukungan serius, baik dari pemerintah daerah maupun lembaga kebudayaan.Upaya pelestarian bisa dimulai dari edukasi kepada anak muda tentang pentingnya kerajinan lokal dan nilai ekonomi kreatifnya. Pelatihan, promosi, dan inovasi desain juga bisa membuka pasar baru bagi produk keranjang bambu di daerah temanggung.
Sebagai bagian dari warisan di dusun lembangan,keranjang tembakau bukan hanya benda mati. Ia adalah saksi sejarah, medium budaya, dan wujud kebijaksanaan lokal yang sudah seharusnya dirawat bersama. Jika tidak, maka kita akan kehilangan lebih dari sekadar sebuah wadah; kita kehilangan jati diri.