
Oleh: Riska Meliyana
Perkembangan teknologi telah mengusung perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Di era ini, gawai seperti smartphone, laptop, dan tablet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari. Berbagai alat elektronik itu digunakan untuk sekedar hiburan, atau bahkan mempermudah pekerjaan. Gawai pertama kali muncul sejak tahun 1860-an dengan penemuan telegraf pertama yang memanfaatkan teknologi elektronik pada masanya. Berawal dari situ, gawai mengalami kemajuan yang pesat, disusul dengan kemunculan radio, televisi, telepon, dan kalkulator, hingga berkembang menjadi ponsel, komputer, serta berbagai perangkat pintar yang kita kenal saat ini. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi telah meningkatkan jumlah serta varian gawai secara signifikan, membuatnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, dengan hampir setiap orang memiliki setidaknya satu gawai untuk digunakan.
Gawai mulai digunakan oleh orang-orang dari berbagai kalangan, mulai dari orang tua hingga anak-anak. Di era modern ini, demi alasan kemudahan dan kepraktisan, banyak orang tua yang memanfaatkan gawai ssebagai alat untuk menenangkan atau menghibur anak-anak mereka. Gawai sering dianggap solusi cepat untuk mengalihkan perhatian anak yang rewel atau menjaga mereka tetap sibuk ditengah kesibukan orang tua. Namun, di balik langkah praktis ini, penggunaan gawai yang berlebihan tanpa pengawasan pada anak usia dini dapat membawa resiko terhadap perkembangan bahasa mereka.
Anak usia dini merujuk pada anak prasekolah yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Di usia ini, anak berada pada periode emas perkembangan, di mana kemampuan fisik dan mental mereka berkembang pesat. Pola pertumbuhan dan perkembangan yang khas pada anak usia dini mencakup berbagai aspek, termasuk perkembangan bahasanya. Perkembangan bahasa anak mengacu pada peningkatan kemampuan untuk menyampaikan serta memahami informasi dan berkomunikasi pada orang lain. Pada anak usia dini, perkembangan ini mencakup keterampilan menggunakan kata penghubung, keterangan objek atau subjek, kata kerja dasar, hingga pemakaian kalimat yang menunjukkan perbandingan. Selain itu, anak juga mulai mampu mendengarkan cerita yang panjang, bercerita sendiri, serta mempelajari kemampuan membaca dan menulis. Oleh karena itu, perlu adanya stimulus dari orang-orang dan lingkungan tempat anak tumbuh. Namun, di era digital ini, penggunaan gawai menjadi salah satu faktor yang dapat mengalihkan ketertarikan anak dari interaksi langsung yang esensial dari perkembangan mereka.
Penggunaan gawai sering kali mengurangi waktu yang seharusnya dihabiskan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang tua atau teman sebaya. Hal ini sangat berpotensi dalam menghambat kemampuan bahasa dan sosial anak. Banyak survei yang mengatakan bahwa anak-anak lebih banyak menghabisakan waktunya di depan layar smartphone dibandingkan dengan bermain di luar ruangan. Di samping itu, beberapa penelitian juga mengatakan bahwa penggunaan gawai berlebihan pada anak-anak dapat meningkatkan resiko keterlambatan berbicara dibandingkan dengan anak-anak yang jarang menggunakan gawai. Hal ini karena alat elektronik tersebut mengurangi waktu anak dalam berinteraksi secara langsung dengan orang-orang sekitar, yang pada akhirnya juga mengurangi intensitas anak dalam mendengar dan merespon bahasa secara langsung.
Berkurangnya interaksi secara tatap muka menjadi salah satu dampak terbesar dari penggunaan gawai. Anak-anak belajar bahasa melalui mendegarkan suara, mengamati ekspresi wajah, dan menanggapi ucapan. Ketika waktu mereka lebih banyak dihabisakan di depan layar, kesempatan ini akan berkurang drastis. Selain itu, konten yang ada di gawai, seperti video animasi atau aplikasi game, sering kali tidak memberikan stimulus bahasa yang cukup. Konten-konten seperti itu mungkin mengibur, tapi jarang memberikan paparan terhadap percakapan yang mermakna atau kosa kata yang bervariasi.
Selain berdampak pada kurangnya interaksi dengan orang di sekitar, penggunaan gawai berlebihan juga dapat berdampak pada kemampuan fokus anak. Penggunaan gawai yang terlalu lama dan terlalu sering berpotensi menyebabkan gangguan perhatian yang memengaruhi anak untuk memproses informasi bahasa secara efektif. Akibatnya, anak-anak mungkin akan sulit memahami kalimat kompleks, bahkan membentuk kalimat sederhana. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan dan pengawasan orang tua pada anak usia dini dalam penggunaan gawai.
Di era modern ini, di tengah kemudahan dan kepraktisan oleh perkembangan teknologi yang begitu cepat, orang tua harus tetap waspada dalam mengawasi anak-anak mereka. Peran orang tua sangat penting untuk memastikan penggunaan gawai oleh anak-anak tetap terkontrol dan dibatasi dengan bijak. Orang tua juga perlu memilih konten yang edukatif dan interaktif untuk membantu anak belajar bahasa dengan cara yang menyenangkan. Selain itu, penting juga untuk memastikan anak tetap mendapat interaksi lagsung yang cukup. Orang tua perlu meluangkan waktu untuk berbicara, membaca buku bersama, atau bermain dan melakukan aktivitas untuk memberikan stimulasi bahasa yang jauh lebih efektif dibandingkan dengn menggunakan gawai.
Gawai memang merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi yang dapat memberikan banyak manfaat dan kemudahan jika digunakan dengan tepat. Namun, penggunaan gawai yang berlebihan pada anak usia dini dapat membawa dampak negatif terhadap perkembangan bahasa mereka, terutama jika tanpa pengawasan dan tidak diimbangi dengan interaksi langsung. Orang tua memiliki peran penting dalam membatasi waktu layar anak dan menyediakan aktivitas yang mendukung perkembangan bahasa. Dengan cara ini, dampak buruk penggunaan gawai dapat diminimalkan, sementara anak tetap dapat tumbuh dengan keterampilan bahasa yang optimal.