ArtikelEsai

Menyelami Kethek Ogleng di Indonesia

Oleh : Miftakhur Rosidah

Pertunjukan kethek ogleng atau topeng monyet dahulu menjadi salah satu hiburan rakyat yang sangat dinantikan oleh anak-anak di berbagai daerah di Indonesia khususnya di jawa. Dengan iringan tabuhan sederhana dan suara riuh anak-anak yang antusias, monyet-monyet yang sudah terlatih akan tampil melakukan berbagai atraksi lucu dan menghibur. Mulai dari berjalan dengan sepeda mini, memanjat tiang, hingga berperan sebagai manusia kecil yang memakai topeng. Kehadiran pertunjukan ini sering menjadi momen langka dan spesial bagi anak-anak di lingkungan perkampungan.

Pertunjukan ini biasanya hadir dengan sistem sewa atau ditanggap istilah orang jawa. pemilik monyet atau pawang akan datang dari satu kampung ke kampung lain, lalu menggelar atraksinya di halaman rumah warga yang menyewa. Warga lainya yang ingin menonton biasanya hanya perlu memberi sedikit uang seikhlasnya kepada pawang sebagai bentuk apresiasi dan upah atas tontonan tersebut. Sistem sewa ini membuat pertunjukan topeng monyet dapat dinikmati oleh banyak kalangan, bahkan oleh keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi.

Bagi anak-anak, momen menyaksikan topeng monyet menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Mereka bisa melihat hewan yang biasanya hanya mereka liat dari buku atau bahkan cerita, kini tampil langsung di depan mata dengan tingkah laku yang menggemaskan. Tidak jarang anak-anak akan berlari mengikuti pawang dari satu sudut kampung ke sudut lainnya, berharap atraksi segera dimulai. Sorak sorai dan gelak tawa pun mewarnai setiap pertunjukan.Selain menghibur, pertunjukan ini juga menjadikan interaksi sosial bagi masyarakat setempat. Anak-anak berkumpul, orang tua saling berbincang, dan suasana kampung menjadi lebih hidup. Pertunjukan topeng monyet menjadi momen langka yang mempererat hubungan sosial. Terlebih, pada masa itu, pilihan hiburan masyarakat masih sangat terbatas, tidak seperti sekarang yang serba digital.

Namun seiring berjalannya waktu, pertunjukan topeng monyet mulai ditinggalkan dan bahkan dilarang di beberapa daerah. Alasan utama pelarangan tersebut adalah karena dianggap mengandung unsur eksploitasi hewan dan dinilai tidak sesuai dengan prinsip kesejahteraan satwa. Perubahan pandangan masyarakat terhadap hak hewan juga menjadi faktor penting yang membuat atraksi ini semakin jarang ditemui. sebagian orang, terutama mereka yang tumbuh besar di era tersebut, kenangan akan pertunjukan topeng monyet tetap menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk dikenang. Banyak dari mereka yang merasa bahwa atraksi tersebut memberikan warna tersendiri dalam masa kecil mereka. Tawa, kegembiraan, dan kehebohan saat menonton monyet-monyet beraksi tetap menjadi bagian dari memori masa lalu yang sulit tergantikan.

Penting untuk diakui bahwa pada zamannya, pertunjukan topeng monyet memiliki nilai budaya dan hiburan tersendiri. Ia menjadi simbol kreativitas rakyat dalam menghibur sesama dengan sumber daya yang terbatas. Bukan hanya anak-anak yang bergembira, tetapi juga pawang yang mendapatkan penghasilan dari keterampilan melatih hewan. Semua itu berlangsung dalam konteks sosial dan ekonomi yang berbeda dengan sekarang.

Kini, meskipun pertunjukan tersebut sudah tidak lagi marak, ingatan tentangnya tetap hidup dalam cerita-cerita orang tua kepada anak cucunya. Kisah tentang topeng monyet menjadi bagian dari narasi nostalgia masa kecil yang penuh warna. Semoga, di masa depan, bentuk hiburan rakyat bisa terus berkembang dengan memperhatikan kesejahteraan semua makhluk hidup, tanpa menghilangkan semangat kebersamaan dan keceriaan seperti yang dulu pernah ada.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button